Theo Gandeng Mantan Napi dan Mantan Pecandu Narkoba Bangun Produksi Kacamata Kayu Berkualitas Ekspor

Penulis: Pipit Maulidiya
Editor: Aqwamit Torik
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Moch Theo Zainuri menunjukkan beberapa kacamata Sahawood

Alasan itulah yang melatarbelakangi jumlah kelompok pekerja Sahawood hingga saat ini. Mereka yang saat ini masih solid adalah mereka yang berhasil melewati persoalan psikologi kecenderungan berkelompok.

Masing-masing orang perhari bisa mengerjakan dua Kacamata, untuk kacamata dengan engsel standart. Sementara untuk Kacamata dengan engsel bekas rantai ban perlu proses dua sampai tiga hari.

"Proses pembuatan dimulai dari memotong lembaran kayu 5 sampai 6 atau 7 mili, potong sesuai model, setelah itu banding kayunya, dilengkungkan, diamplas sesuai ketebalannya, karena hand made semua jadi cukup lama," cerita Theo.

Satu kacamata dibadrol dengan harga cukup bervariasi. Harga Rp 750 ribu sampai Rp 800 ribu dengan lensa kualitas polarized polycarbonate setebal 2 mili. Harga Harga Rp 675 ribu lensa polorized ketebalan 1 mili, dan harga Rp 575 ribu lensa polorized ketebalan 1 mili dengan engsel rantai bekas.

Menurut Theo harga tersebut sebenarnya cukup murah karena menggunakan bahan-bahan berkualitas serta asli hand made. Kaca yang digunakan memiliki efek lebih sejuk, teduh, penangkal cahaya, anti gores, diinjak pun tidak mudah pecah.

"Kami berani bersaing soal produk, dengan yang lain. Kayu yang kami gunakan pun berkualitas seperti jati, sonokeling, dan rosewood," kata Theo.

9 Anak Binaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Blitar Ikut UNBK di SMA YP Kotamadya

Moeldoko Sebut Pemerintah Mulai Susun RUU Tentang Pondok Pesantren untuk Pembangunan Karakter

Ketagihan Judi Online, Pemuda Pengangguran di Madiun Nekat Gadaikan Mobil Tetangga

Kini Sahawood sudah punya puluhan model Kacamata kayu, semua mendapatkan nama-nama dari berbagai jenis narkoba. Ada Big Puta, Val Aviator, Cocai, Crack (sampah kokain), Marjhon (Marijuana), Pium, dan banyak lainnya.

Selain memproduksi Kacamata, Sahawood mengembangkan kerajinan kayu di bidang lain seperti jam tangan dan perabotan rumah tangga. Untuk jam tangan, mereka namai dengan nama-nama jenis alkohol atau minuman keras.

Fokus Online

Bermodal Rp 15 Juta rupiah, Theo mengaku uang terus berputar. Yang paling penting adalah kelompok kerajinan Sahawood tetap eksis sampai kapan pun.

Pasar sudah mulai berkembang, kini mereka fokus membangun penjualan secara online. Karena dengan online usaha tidak butuh modal besar.

Vanessa Angel dan Penyewa Jasa Dijadwalkan Hadir dalam Sidang Dua Muncikari Prostitusi Online

Akun Instagram (IG) Nurhadi-Aldo Pamit Undur Diri, Pamit ke Inul Hingga Chelsea Islan, April Mop?

IMS Dukung Kegiatan Latber Grasstrack/Adventure, Berharap Bibit Pembalap Lokal Muncul

Sahawood pun mencoba mencari nama melalui kompetisi-kompetisi, mengikuti patihan dan booth camp. Peralahan kata Theo konsumen semakin luas. Produk mereka semakin dikenal, bahkan di pasar Internasional.

"Pasar di Indonesia lumayan bagus, sasaran kami kelompok menengah ke atas. Sementara pasar lokal Jakarta, Bali, Kalimantan, Makasar, dan Jawa Tengah. Justru Surabaya rendah, jarang peminat. Kami bertahan, bagaiman skala produksi tetap berputar terus, kita juga menjaga teman-teman," katanya penuh semangat.

Untuk ekspor, Sahawood rutin melakukan ekspor ke dua konsumen mereka di Inggris. (Pipit Maulidiya)

Berita Terkini