Setelah 20 Bulan Dibiarkan, Taman Pendidikan Mangrove Desa Labuhan Akhir Dijadikan Ikon Bangkalan
TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN - Bupati Bangkalan, R Abdul Latif Amin Imron (Ra Latif) membuka kembali Taman Pendidikan Mangrove (TPM) Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Kamis (1/8/2019).
Langkah ini ditempuh Pemkab Bangkalan sebagai jawaban atas tingginya ekspektasi masyarakat setelah wisata alam pesisir itu sempat vakum selama kurang lebih 20 bulan.
Ra Latif mengungkapkan, hutan mangrove juga bisa dikembangkan menjadi salah satu objek wisata menarik.
Dalam hal ini, Pertamina Hulu Energy West Madura Offshore (PHE WMO) bersama masyarakat Desa Labuhan didukung penuh oleh pemerintah untuk menjaga keseimbangan ekologi di TPM yang dilakukan sejak 2014.
"Hari ini, mimpi kita terwujud untuk mengembangkan ekosistem mangrove di Desa Labuhan. Sehingga bisa menjadi kebanggaan kita bersama," ungkap Ra Latif.
Ia menjelaskan, hutan mangrove memiliki banyak manfaat. Antara lain, sebagai penghasil oksigen dan penampung karbondioksida, mencegah abrasi pantai, menjaga kualitas air, dan udara serta dapat menyerap polusi yang diakibatkan sampah manusia mau pun pencemaran pabrik.
"Peran serta masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan karena potensi di hutan mangrove sangat banyak yang bisa digali," jelasnya.
• Gunung Semeru Makan Korban, Giliran Pendaki Cewek Asal Bangkalan Jatuh di Jalur Puncak Mahameru
• Gadis Muda Madura ini Terus Diperkosa Enam Orang saat Tak Sadarkan Diri dari Malam hingga Pagi Hari
• Viral Orang Mati Hidup Lagi di Sampang, Warga Curiga: Masak Habis Meninggal Lalu Ngomong dan Berdiri
• Gara-gara Order Fiktif Online saat Warung Tutup, Pemilik Bebek Cipuk di Kota Malang Rugi Rp 40 Juta
• BREAKING NEWS - Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Artis Agung Hercules Meninggal Dunia
Salah satu yang bisa dikembangkan, lanjutnya, merehabilitasi hutan mangrove melalui konsep taman pendidikan.
"Selama ini TPM menjadi destinasi wisata alam pesisir sekaligus ikon Kabupaten Bangkalan," paparnya.
Ia berharap, taman pendidikan mangrove lebih meningkat dan mampu menyedot wisatawan luar. Terutama, wisata mangrove bisa menjadi pusat pendidikan dan penelitian untuk wilayah Jawa Timur.
"Banyak ragam mangrove yang tumbuh di TPM ini. Disediakan pula camping ground yang luas. Lokasinya sangat representatif," terangnya.
Ia mengucapkan sangat berterima kasih kepada PHE WMO yang telah memberikan Corporate Social Responsibility dalam bentuk Taman Pendidikan Mangrove (TPM).
"Ke depan Pemkab Bangkalan bersama tokoh masyarakat setempat akan mengelola TPM. Mungkin bisa melalui BUMDes," pungkasnya.
Peresmian TPM digelar dalam momen Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2019 bertemakan Coastal Clean Up.
Puluhan anak SD dilibatkan sebagai wujud peduli lingkungan dengan melakukan bersih-bersih sampah plastik di pesisir Taman Pendidikan Mangrove (TPM).
Hadir dalam kesempatan tersebut sejumlah pejabat di lingkungan Pemprov Jatim, Pemkab Bangkalan, dan sejumlah pejabat tinggi PHE WMO.
General Manager WMO Ani Surahman mengungkapkan, Program Keberlanjutan atau upaya menjaga keseimbangan ekologi di TPM telah dilakukan oleh WMO sejak tahun 2014 silam.
"Tiga tahun kemudian atau pada 2017 keberadaan TPM sudah exist, sudah ada kemandirian," ungkap Ani.
Terjaganya keseimbangan ekologi di kawasan konservasi TPM akhirnya menarik perhatian ribuan burung migran. Beberapa di antaranya berasal dari Alaska dan Rusia. Seperti Gajahan dan Terik Asia.
Ani menjelaskan, para pengunjung bisa mengakses seluruh Taman Pendidikan Mangrove (TPM) dengan meniti geledak kayu sepanjang 350 meter yang sengaja dibangun membelah hutan mangrove.
Di geladak tersebut, pengunjung bisa melihat langsung ragam mangrove dan burung-burung migran yang transit
"Di ujung geladak, dibangun tower setinggi 10 meter yang akan dijadikan pemantau burung-burung migran," jelasnya.
Ia menambahkan, kemandirian dan terjaganya keseimbangan ekologi yang telah tercipta di TPM saat ini diharapkan mampu dipertahankan dan dilestarikan.
"Saat ini PHE WMO hanya memback-up Pemkab Bangkalan dalam proses pembukaan resmi TPM. Selanjutnya akan dilakukan program lanjutan replikasi wilayah timur ke barat," pungkasnya.
Taman Pendidikan Mangrove (TPM) merupakan hasil binaan Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), korporasi yang bergerak di sektor hulu migas dan menjadi kontraktor kontrak kerja sama dengan SKK Migas.
Kader Lingkungan, Moh Syahril mengungkapkan, lebih dari 10 ribu mangrove yang ditanam pada 2013 di atas lahan seluas kurang lebih delapan hektare.
"TPM ni sudah berkembang. Bahkan setiap Sabtu dan Minggu, banyak mahasiswa datang berkemah melakukan penelitian jenis mangrove dan aneka burung migran," ungkapnya.
Ia memaparkan, puluhan ribu mangrove di TPM itu terdiri dari jenis Sonneratia Alba (Prapat), Rizhophora Stylosa, Stenggi, Rhizopora Apiculata, Sonneratia Alba, Rhizophora Mucronata, Ceriops Tagal, Avicenna Marina, hingga Cemara Casuarina.
"Pada tahun 2013, PHE WMO membawa saya berkeliling untuk studi banding ke kota-kota yang ada wisata mangrove seperti di Nusa Lembongan Bali," paparnya.
TPM kebanggaan masyarakat Kecamatan Sepulu dan Bangkalan umumnya, kini menjadi kawasan konservasi di bawah pengawasan Badan Pengelola Hutan Mangrorve (BPHM) Wilayah I Bali.
Ketua Dewan Pertimbangan Proper Prof Dr Sudharto P Hadi menyatakan, keberadaan TPM sejak 2014 merupakan usia yang cukup dan sudah dipandang mandiri.
"Kini waktunya PHE WMO exit (keluar), sudah banyak datangkan pengunjung, datangkan kesemparan kerja, pendapatan sudah ada," katanya.
Ia menjelaskan, berdasarkan comdev kooperatif, tidak hanya PHE yang turut serta tapi juga Pemkab Bangkalan dan masyarakat melalui BUMDes.
"PHE WMO sudah saatnya pindah ke tempat lain agar mamfaat lebih besar. Ada kerja sama dan lebih menjamin keberlanjutan karena pemkab akan terus ada. Kalau perusahaan bisa berhenti," pungkasnya.