Namun, saat tas plastik sirih pinang korban terlihat mengapung di atas permukaan Embung, Oma dan keluarga menduga jika korban tenggelam di dalam Embung.
"Kami sudah cari keliling bapa tapi tidak ketemu.
Ternyata bapa tenggelam di embung," ceritanya.
Menurut laporan Pos Kupang ( TribunMadura.com network) , proses pencarian korban di Embung Toblopo menarik perhatian masyarakat.
Sekitar 100 orang masyarakat desa Toblopo nampak duduk di tepi embung untuk menyaksikan proses evakuasi korban.
Begitu jenazah korban terlihat, tangis histeris keluarga korban langsung pecah.
Jenazah korban yang sudah mulai kaku lalu di angkat dari air dan dibawa ke rumah duka.
• Mobil Esemka Bima Resmi Diluncurkan Presiden Jokowi, Harganya Lebih Murah dari Mobil Pabrikan Jepang
• Reaksi Sparta Lihat Bima Aryo saat Dievakuasi Sudin KPKP, Matanya Merah dan Tak Lagi Bersemangat
• Anggota DPRD Jatim Ramai-ramai Gadaikan SK ke Bank, Pengamat: Hal Tak Patut, Bisa Cari2 Pemasukan
Keluarga korban menolak untuk dilakukan otopsi dan menerima kematian korban sebagai musibah.
Jenazah korban dimakamkan di samping jenazah sang cucu sesuai permintaan korban sebelum meninggal.
Hal itu dimaksudkan agar keluarga korban bisa sering melihat makamnya.
Oma juga bercerita tentang apa yang terjadi pada bapaknya itu sebelum dia meninggal.
"Selasa malam itu bapa menginap di rumah saya usai keluar dari rumah sakit karena mengalami kejang-kejang usai mabuk berat pada Minggu (25/8/2019) hingga Senin pagi," katanya.
Malam itu, Simon sudah meminta untuk pulang kembali ke rumahnya di tepi Embung Toblopo.
Simon Talan bahkan sempat merobek-robek sarung bantal dan memaksa untuk pulang.
Karena khawatir melihat sikap sang ayah, Oma memutuskan untuk memanggil pendoa, untuk mendoakan sang ayah.