TERUNGKAP Pulang ke Kampung Halaman, Pelajar Asal Papua di Kota Blitar Tak Beritahu Sekolah Tempatnya Belajar
TRIBUNMADURA.COM, BLITAR - Wakil Kepala SMAK Diponegoro Kota Blitar Bidang Kesiswaan, Eko Hariyanto membenarkan ada sebagian pelajar asal Papua di sekolahnya pulang ke kampung halamannya.
Para pelajar asal Papua tersebut pulang setelah terjadi kerusuhan di Papua.
Pelajar asal Papua di Kota Blitar memang paling banyak menempuh pendidikan di SMAK Diponegoro. Dari 21 pelajar asal Papua, sebanyak 15 siswa belajar di SMAK Diponegoro.
"Siswa asal Papua di SMAK Diponegoro ada 15 anak. Sekarang tinggal sembilan anak, yang enam pulang ke kampung halamannya," kata Eko, Selasa (1/10/2019).
Dia mengatakan satu dari enam siswa asal Papua yang pulang kampung itu dengan alasan sakit.
Satu siswa itu sempat dirawat di rumah sakit Kota Blitar tapi belum sembuh.
Karena pertimbangan kesehatan, akhirnya satu siswa itu dipulangkan ke kampung halamannya.
"Satu siswa yang sakit itu pulang sebelum terjadi kerusuhan di Papua," ujarnya.
• Para Pelajar Asal Papua yang Sekolah di Kota Blitar Pilih Pulang ke Kampung Halaman
• Istri SA Tersangka Kerusuhan Asrama Mahasiswa Papua Ajukan Praperadilan: Suami Saya Bela Merah Putih
• 34 Warga Sampang Korban Kerusuhan Wamena Dipulangkan ke Madura, ini Profesi yang Digeluti di Papua
• Hari ini Giliran 100 Warga Jawa Timur dari Jayapura Dibawa Pesawat Hercules Pulang ke Bandara Malang
Sedangkan untuk lima siswa, kata Eko, pulang ke kampung halaman setelah terjadi kerusuhan Papua.
Mereka rata-rata pulang tanpa izin ke sekolah.
Pelajar asal Papua baru memberi kabar ke sekolah melalui telepon setelah berada di kampung halaman.
"Mereka mengaku dijemput kakak dan orang tuanya diajak pulang (ke kampung halaman). Mereka tidak izin dulu ke sekolah," ujarnya.
Dikatakannya, para pelajar asal Papua yang pulang itu rata-rata memang disuruh orang tuanya.
Padahal, setelah terjadi kerusuhan di Papua, sekolah sudah meminta para pelajar asal Papua tetap tenang.
Sekolah meminta mereka tetap menyelesaikan pendidikan di Kota Blitar.
"Kami sudah meminta mereka tetap tenang belajar di sini (Kota Blitar).
Karena kondisi di sini aman, mereka juga tidak ada masalah dengan siswa lain.
Tapi, orang tuanya yang menyuruh mereka pulang. Mereka secara bergantian sejak akhir Agustus 2019," katanya.
Satu pelajar asal Papua di SMAK Diponegoro, Ellion T Tumana mengatakan memilih tetap bertahan belajar di Kota Blitar.
Remaja asal Kaimana, Papua Barat, itu ingin menyelesaikan pendidikannya di Kota Blitar.
"Saya tetap bertahan belajar di sini. Sebentar lagi saya sudah lulus. Sekarang saya sudah kelas 12," katanya.
Ellion sebenarnya juga disuruh pulang oleh orang tuanya. Terutama oleh ibunya.
Ibunya meminta Ellion pulang. Tetapi, ayahnya meyakinkan Ellion agar tetap bertahan belajar di Kota Blitar.
"Ibu menyuruh saya pulang, tapi ayah meyakinkan saya agar tetap bertahan belajar dulu di sini.
Saya juga ingin menyelesaikan pendidikan dulu di sini," ujarnya.
Sebelumnya, sebagian pelajar asal Papua yang sedang belajar di Kota Blitar pulang ke kampung halamannya.
Mereka pulang secara bergantian setelah terjadi peristiwa kerusuhan di Papua.
Data dari Bakesbangpol dan Penanggulangan Bencana Daerah (PBD) Kota Blitar menyebutkan ada 21 pelajar asal Papua yang sedang belajar di Kota Blitar.
Mereka menempuh pendidikan di SMA dan SMK di Kota Blitar.
Rinciannya, 15 siswa belajar di SMAK Diponegoro Kota Blitar, 4 siswa di SMKN 1 Kota Blitar, dan 2 siswa di SMAN 2 Kota Blitar.
Para pelajar asal Papua itu yang mengikuti program Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) di Kota Blitar.
Data terakhir yang dikumpulkan Bakesbangpol menyebutkan ada tujuh dari 21 siswa asal Papua yang sedang belajar di Kota Blitar memilih pulang ke kampung halamannya.
Tujuh siswa yang pulang itu enam di SMAK Diponegoro dan satu di SMKN 1.