Pembunuhan Jember

Bermula dari Honda CBR dan Jadi TKW di Malaysia, Fatim Kehilangan Ayah Dibunuh Kakak dan Ibu Sendiri

Penulis: Sri Wahyunik
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(Dari kiri) Fatim anak bungsu Surono, pria Jember yang dibunuh oleh anak laki-lakinya dengan dibantu istrinya sendiri.

Pembunuhan Bermula dari Honda CBR dan Ditinggal Jadi TKW di Malaysia,

Fatim Kehilangan sang Ayah yang Dibunuh Dengan Kejam oleh Kakak dan Ibunya Sendiri

TRIBUNMADURA.COM, JEMBER - Pembunuhan Surono (51), pria Jember oleh anak kandung dan istrinya sendiri menyisakan cerita pilu bagi Muafatim (20), anak bungsu pasangan Surono (51) dan Busani (45).

Fatim, panggilan akrab Muafatim mengatakan, dirinya tidak pernah menduga bahwa Surono ayahnya, yang tinggal di Dusun Juroju Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, meninggal karena dibunuh secara sadis dan jasadnya dikubur di musala rumahnya ( kuburan musala ).

Terlebih yang menjadi tersangka pelaku pembunuhan sang ayah adalah kakaknya, Bahar Mario (25), dan ibunya Busani. 

Menurut Fatim, dirinya baru kembali ke rumah orang tuanya di Jember enam bulan lalu, sekitar bulan Juni.

Sebelumnya, dia bekerja sebagai TKW di Malaysia. Perempuan itu bekerja setahun di negeri jiran itu.

Ketika kembali ke rumah itu di bulan Juni, Surono sang ayah sudah tidak ada di rumah itu.

Pada bulan April 2019, dia mendapatkan kabar melalui telepon dari sang kakak, kalau ayahnya menikah lagi dan tinggal di Lombok. Fatim hanya bisa pasrah.

"Saya kaget tapi mau gimana lagi, akhirnya hanya bilang ya sudah mungkin tidak jodoh sama ibu," ujar Fatim yang ditemui Surya (Grup Tribunmadura.com), Sabtu (9/11/2019).

Kata perempuan yang baru melahirkan 22 hari lalu itu, di bulan Maret, dia masih berbicara dengan Surono melalui telepon. Surono memintanya segera pulang ke rumah.

"Karena sepeda motor yang saya minta sudah dibelikan. Saya kan minta sepeda motor Honda CBR 150.

Bapak bilang disuruh nunggu, kalau ada rejeki akan dibelikan. Sebelum dibelikan, saya berangkat kerja ke Malaysia.

Sampai bulan Maret itu telepon saya, nyuruh saya cepat pulang karena sepeda motor sudah dibelikan," imbuh Fatim.

Surono memang membeli sepeda motor Honda CBR itu. Setelah memintanya pulang, Fatim tidak lagi pernah berbicara dengan sang ayah.

Apalagi di bulan April, Bahar memberitahu ayahnya sudah pindah ke Lombok.

Fatim tidak mencurigai apapun. Hanya saja, dia kerap resah karena tidak pernah mendapat kabar dari ayahnya.

Fatim yang beberapa kali meminta nomor telepon Surono kepada Bahar juga tidak pernah diberi.

Bahkan Bahar menjawab kalau ibu tirinya alias istri Surono galak dan tidak ingin Surono berhubungan dengan keluarga di Dusun Juroju Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo.

"Katanya bapak juga ganti nomor telepon," lanjutnya.

Pada Juni 2019, Fatim pulang ke rumah. Ketika itu, ibunya, Busani sudah menikah siri dengan Jm.

Dapur rumahnya yang awalnya berdinding gedhek dan berlantai tanah, sudah dibangun menjadi dapur permanen yang berkeramik. Dapur itu dibangun oleh sang ibu.

Di dapur itu pula, sebuah tempat salat berada. Di tempat shalat itulah, Fatim menunaikan ibadah salat.

Fatim yang sempat resah beberapa kali, tidak bisa berbuat banyak karena cerita ayahnya sudah menikah lagi dan tinggal di luar pulau.

Selama tinggal di rumah itu, setelah kembalinya dia dari Malaysia, Fatim dua kali bermimpi sang bapak.

Pertama, dalam mimpinya, Surono minta dipayungi. Mimpi itu dia ceritakan kepada ibunya.

Ibunya hanya menjawab pendek, mungkin Surono sakit dan memintanya mendoakan Surono.

Mimpi kedua, tutur Fatim, sang ayah berpesan untuk menjaga ibunya dan bilang kalau dirinya kesal dengan Bahar.

"Dalam mimpi itu bapak bilang 'nduk, lindungi bu e yo, aku kesel karo Bahar'. Saya langsung terbangun setelah mimpi itu," ujarnya.

Beberapa waktu setelah mimpi itu, baru terbongkarlah kalau ayahnya telah meninggal dunia.

Bahkan jasad ayahnya dikubur di dapurnya, di bawah musala.

Fatim tidak pernah menyangka, kalau sang kakak tega melakukan hal keji itu kepada ayahnya hanya karena cemburu soal harta (ekonomi).

"Kakak itu memang kerap bilang, apa-apa yang diberi saya oleh bapak. Padahal bapak memberlakukan sama kepada kami.

Saya nggak nyangka, juga kaget kok sampai tega begitu. Dikuburnya di situ lagi, tempat saya shalat," ujarnya lirih.

Kini Fatim harus tegar karena memiliki bayi perempuan berusia 22 hari di tengah peristiwa tragis yang menimpa keluarganya.

Surono, warga Dusun Juroju Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember diduga tewas di tangan anaknya sendiri, Bahar Mario.

Pembunuhan itu diketahui dan diamini oleh ibunya, Busani.

Jasad Surono kemudian dikubur dan dicor di dapur rumah yang disulap sebagai musala ( kuburan musala ).

Lokasi penguburan jasad Surono belakangan dijadikan tempat shalat.

Kasus itu terkuak pada Minggu (3/11/2019) dan langsung membuat warga setempat geger.

Terlebih, setelah polisi berhasil membongkar dan mengangkat jasad Surono dari dalam kuburan musala dengan susah payah.

Selain itu, Polres Jember langsung mengamankan tiga orang untuk mengungkap kasus pembunuhan Surono sekitar tujuh bulan lalu, yang jasadnya dikubur begitu saja di kuburan musala, yang dibangun di belakang rumah korban.

Namun untuk bisa menemukan jasad Surono dan mengangkatnya dari kuburan musala di rumah korban di Dusun Juroju Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo, Jember, polisi harus kerja keras.

Sebab ada tiga lapisan penutup di atas jasad yang diketahui berjenis kelamin laki-laki itu.

Surono adalah warga setempat yang diduga terkubur di tempat itu. Dia diduga menjadi korban pembunuhan.

Hal ini berdasarkan keterangan yang didapatkan polisi dari keluarga Surono.

Polisi mendapatkan pengaduan dari Bahar, anak Surono, pada Minggu (3/11/2019).

Bahar mengadukan ayahnya diduga dibunuh dan dikubur di dalam rumahnya.

Tepatnya di bawah tempat yang dijadikan musala di dapur rumah tersebut.

Dari penuturan ibu Bahar yang juga istri Surono, Busani (45), Surono dibunuh oleh seseorang berinisial J, kemudian jasadnya dikubur di tempat itu.

"Istri dari Pak Surono sendiri, berinisial B, yang menyebutkan kalau suaminya dikubur di tempat itu," ujar Kapolsek Ledokombo AKP Wardoyo Utomo, Senin (4/11/2019).

Pengakuan ini, didapatkan polisi setelah mendapatkan pengaduan dari Bahar.

Setelah mendapatkan pengaduan itu, polisi langsung menindaklanjutinya, termasuk menanyai keluarga Surono, antara lain Bahar dan Busani.

Untuk memastikan keterangan Busani, jajaran Polsek Ledokombo berkoordinasi dengan jajaran Polres Jember.

Polres Jember kemudian mendatangkan tim DVI Polda Jatim, dan menggali tempat itu, Senin (4/11/2019).

Saat penggalian, rupanya polisi harus bekerja lebih. Sebab tempat yang dibongkar bukan hanya tanah belaka.

Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal mengatakan, ada dua kali proses pembongkaraan sebelum pihaknya menemukan sesosok jasad.

"Pertama, membongkar keramik yang berwarna hitam itu. Di bawah keramik, ada timbunan tanah.

Kemudian di bawah tanah, masih ada lagi semen cor kasar, barulah ditemukan sarung," ujar Alfian.

Di sarung itulah, polisi menemukan sesosok jasad laki-laki. Pelapis di atas jasad itu juga tergolong tinggi.

Keramik itu setinggi satu ukuran keramik, lebih beberapa centimeter. Di bawah keramik, ada urukan tanah sekitar 25 centimter, kemudian barulah semen cor kasar.

Karena itulah, polisi harus menggali beberapa kali sebelum menemukan jasad itu. Lokasi penguburan jasad itu berukuran lebar 1,5 meter, dan panjang 3 meter.

"Pemilik rumah menyebutnya musala, tapi ada di dalam rumah, di bagian dapur itu. Sepertinya hanya cukup juga untuk shalat satu orang," imbuh Alfian.

Dari penuturan pemilik rumah kepada polisi, kata Alfian, bangunan dapur itu selesai dibangun sekitar 6 bulan lalu.

Sebelumnya, lahan itu merupakan lahan kosong di belakang rumah Surono. Bangunan itu didirikan setelah jasad Surono dikubur di tempat itu.

"Jadi setelah jasad itu dikubur di situ, barulah bangunan itu didirikan. Pendirian bangunan sekitar satu bulan lamanya.

Dulunya lahan kosong. Sekarang dapur itu menyatu dengan rumah utama. Nah, lokasi yang kami bongkar itu disebutnya musala yang berada di dalam dapur tersebut," imbuh Alfian.

Penguburan jasad Surono di tempat itu diperkirakan terjadi tujuh bulan lalu. Satu bulan kemudian, bangunan dapur itu selesai berdiri.

Pada Minggu (3/11/2019), polisi mendapatkan pengaduan dari warga perihal dugaan dikuburnya Surono di tempat itu. "Dari laporan masyarakat itu, kami memberikan respon.

Salah satunya dengan meminta izin keluarga untuk menggali tempat itu, dan ternyata ditemukan sesosok jasad. Masih terbilang utuh," lanjut Alfian.

Setelah penggalian, jasad itu langsung diotopsi oleh tim DVI Polda Jatim. Alfian menegaskan, pihaknya harus memastikan jasad siapakah itu, dan bagaimana dia meninggal, serta kapan waktu meninggalnya Surono, korban pembunuhan yang jasadnya dikubur di kuburan musala rumahnya sendiri. (*)

Berita Terkini