"Seharusnya yang bersangkutan sudah menerima kabar itu. Katanya akan dijemput tapi tidak ada kabar sampai malam,” kata Samsuliono.
ASN tersebut disarankan untuk dikarantina di shelter.
Namun, kata Samsuliono, ASN tersebut menolak dan lebih memilih untuk karantina mandiri di rumahnya.
Samsuliono mendapat keluhan warga yang khawatir, terutama warga yang rumahnya berdekatan.
“Warga yang berdekatan rumah resah. Kami juga khawatirkan anggota keluarga," kata dia.
"Warga berharap bisa menerapkan protokol kesehatan agar warga terdekatnya tidak resah,” jelasnya.
Sumsuliono menegaskan, warga tidak memberikan stigma negatif.
Menurut dia, warga juga memahami bahwa Covid-19 bukanlah aib.
Justru sebaliknya, warga memberi dukungan dan berupaya agar virus tidak tertular ke banyak orang, terutama keluarganya.
“Bukan diskriminasi, justru kami peduli. Kalau misalkan mau isolasi, keluarganya kami perhatikan," ungkap dia.
"Kami jamin makan atau kesehatannya, warga sepakat seperti itu,” terangnya.
Dikatakan Samsuliono, harapan warga agar pasien ke-40 tersebut diisolasi agar tidak menyebarkan virus ke istri dan anak-anaknya yang masih kecil.
Di sisi lain, warga tidak mengetahui SOP ketika yang bersangkutan melakukan isolasi mandiri di dalam rumah.
Samsuliono berharap tindakan tepat dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Batu terhadap pasien yang berstatus ASN.
Samsuliono juga berharap agar Pemkot Batu bisa terbuka terhadap informasi warga yang positif Covid-19, sekalipun statusnya sebagai ASN.