Berita Tulungagung

Mahasiswa Gelar Unjuk Rasa, Tuntut Pemberhentian Tambang Pasir Ilegal di Sungai Brantas Tulungagung

Penulis: David Yohanes
Editor: Elma Gloria Stevani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aksi unjuk rasa mahasiswa di Mapolres Tulungagung, Senin (27/7/2020). Para mahasiswa menilai, institusi penegak hukum ini bertanggung jawab pada maraknya tambang pasir ilegal di Sungai Brantas Tulungagung.

TRIBUNMADURA.COM, TULUNGAGUNG - Puluhan mahasiswa yang bergabung dalam Arus Bawah Masyarakat Tulungagung menggelar aksi unjuk rasa di Mapolres Tulungagung, Senin (27/7/2020).

Mereka menilai, institusi penegak hukum ini bertanggung jawab pada maraknya tambang pasir ilegal di Sungai Brantas Tulungagung.

Aktivitas tambang ini telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat parah.

Bertambah 109 Kasus Dalam Tiga Hari, Wali Kota Malang Sutiaji Optimistis Corona Turun Bulan Agustus

Bayi Perempuan di Dalam Daster Dibuang di Depan Rumah Warga Trenggalek, Tangisnya Membangunkan Warga

Kurang Nyaman saat Guru Datangi Rumah, Siswa SD Tulungagung Berharap Belajar Tatap Muka di Sekolah

Para mahasiswa menilai Polres Tulungagung bisu dan tuli, karena membiarkan aktivitas tambang ilegal beroperasi dengan bebas.

Mereka juga menaruh sebuah pohon pisang di papan nama Polres Tulungagung.

Pohon pisang ini simbul dari kerusakan jalan di Tulungagung, karena sering dilewati truk pasir yang ditambang secara ilegal.

"Kalau jalan rusak sering ditanami pisang oleh warga. Maka kita tanam pohon pisang di Polres Tulungagung, sebagai simbol kerusakan," ujar seorang orator.

Massa kemudian bergerak ke Kantor DPRD Tulungagung.

Menurut koordinator lapangan (Korlap) aksi, Wicaksono, sampai saat ini belum tidak ada penanganan konkrit tambang pasir ilegal di Sungai Brantas.

Padahal sudah terjadi kerusakan lingkungan yang parah, dan memicu abrasi.

"Sudah ada dua rumah yang dilaporkan ambruk ke Sungai Brantas," ungkap Wicaksono.

Para mahasiswa ini menuntut penuntasan kasus-kasus kerusakan lingkungan.

Selain itu mereka juga menuntut aparat membersihkan para mafia tambang di Tulungagung.

Selama 4 Bulan Pandemi Covid-19, Sudah 30 Tenaga Kesehatan di Pamekasan yang Positif Terpapar Corona

Bazar Hewan Kurban Murah di Pamekasan Pakai Sistem Timbang Syariah, Sapi Madura Rp 60 Ribu Per Kilo

Sutiaji Ungkap Kekeliruan Data, Seharusnya Angka Kesembuhan Covid-19 di Kota Malang Capai 62 Persen

Di Kantor DPRD Tulungagung, para mahasiswa sempat melakukan aksi lempar telur.

Aksi ini sebagai bentuk kemarahan mahasiswa, karena tidak ada anggota DPRD Tulungagung yang menemui.

Padahal menurut Wicaksono, pihaknya sudah melayangkan surat ke dewan.

Namun hingga kini tidak ada jawaban dari para wakil rakyat.

"Tidak ada tanggapan sama sekali dari dewan. Ini (lempar telur) adalah bentuk kekecewaan kami kepada mereka," pungkas Wicaksono.

Berita Terkini