Tebing Longsor di Pamekasan

Jerit Minta Tolong Terdengar usai Ponpes Annidhamiyah Pamekasan Tertimbun Longsor, 5 Orang Meninggal

Penulis: Kuswanto Ferdian
Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sisa-sisa pecahan material dari reruntuhan bangunan asrama Santriwati di Pondok Pesantren Annidhamiyah Pamekasan paska tertimbun tebing tanah yang longsor, Rabu (24/2/2021).

Reporter: Kuswanto Ferdian | Editor: Ayu Mufidah KS

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Pengasuh Pondok Pesantren Annidhamiyah, KH Muhedi mengungkap, penyebab terjadinya tebing tanah yang longsor di Dusun Jepun, Desa Bindang, Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan, Madura.

Menurut KH Muhedi, terjadinya tebing tanah yang longsor ada kaitannya dengan unsur misteri.

Ia mengatakan, tebing tanah yang berada tepat di belakang Ponpes miliknya ini langsung longsor begitu saja.

"Kronologinya sulit ditebak, karena ada unsur misterinya," kata KH Muhedi saat ditemui TribunMadura.com di Pondok Pesantren Annidhamiyah, Rabu (24/2/2021).

Baca juga: Masyarakat di Kota Malang Kedapatan Terobos Masuk ke Taman Kota yang Sudah Ditutup untuk Umum

Baca juga: Orang Cakep Mau Divaksin Anggota Polres Sampang Punya Cara Unik saat Jalani Vaksinasi Covid-19

Menurut dia, bencana alam longsor ini terjadi secara tiba-tiba.

Ia menceritakan, tanpa disangka, saat para santriwatinya sedang beristirahat (tidur), tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari atas tebing yang cukup lantang.

Setelah itu, disusul suara pecahan dan teriakan santri.

Dini hari itu kata dia, saat kejadian, ada santriwati yang berteriak histeris dan ada yang menangis minta tolong.

"Saat saya cek ke belakang pondok, ternyata sudah banyak tumpukan tanah yang menimbun dua kamar santriwati yang bermukim di sini," ujar KH Muhedi.

Kata KH Muhedi, dua kamar santriwati yang tertimbun longsoran tebing tanah ini ditempati oleh enam orang.

Rinciannya, tiga orang meninggal dunia di kamar sebelah selatan dan dua orang meninggal dunia di kamar utara.

Sementara, satu santri sisanya selamat dan mengalami patah tulang.

Warga berkerumun melihat tiga santri yang berhasil dievakuasi oleh personel gabungan di lokasi tebing longsor Dusun Jepun, Desa Bindang, Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan, Madura, Rabu (24/2/2021). (TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN)

Sedangkan di kamar lain, ada satu santri lain yang mengalami luka-luka akibat di robohi patahan kayu dan plafon kamar akibat tertimpa gusuran tanah.

"Kejadiannya sekitar pukul 00.30 WIB. Santriwati yang meninggal dunia itu tidur dalam satu deret asrama tapi berisi dua kamar. Yang meninggal 5 orang tertimbun reruntuhan bangunan kamar dan tanah," ungkapnya.

KH Muhedi menduga, terjadinya tebing tanah yang longsor ini disebabkan banyaknya air yang menyerap dari atas tebing akibat lamanya hujan yang mengguyur wilayah setempat.

Sehingga lapisan tebing tanah yang ada di atas, ikut tergerus air ke bawah dan menimbun tiga kamar asmara santriwati.

"Sebelumnya meski musim hujan tak pernah ada longsor seperti itu. Jarak tebing dari atas ke atap asrama santriwati sekitar tiga meter," prakiranya.

Sebelumnya, kata KH Muhedi, di dusun setempat sempat diguyur hujan sejak pukul 17.00 WIB yang disertai angin kencang.

Menjelang pukul 20.00 WIB, hujan semakin deras.

Lalu, sekitar pukul 22.00 WIB, hujan mulai reda.

Tanpa disangka, pada pukul 00.30 WIB, tebing tanah yang bersebelahan dengan pondok pesantrennya longsor seketika dan menewaskan 5 santriwati.

Berita Terkini