Ia menambahkan, sapi-sapi sebelum tertahan di kandang UPT Balai Karantina dikulak dari Pasar Bringkoning Sampang, Pasar Kepo Pamekasan dengan harga mulai dari harga belasan juta untuk dijual kembali sebagai kebutuhan Idul Qurban.
“Setiap tahun menjelang lebaran seperti ini, biasanya saya mengirimkan total hingga ratusan sapi ke Pontianak. Karena setiap pemberangkatan, saya rata-rata mengirim sapi hingga 50 ekor. Semoga PKN cepat berlalu sehingga sapi bisa lekas diberangkatkan,” pungkas Tomirin.
Sementara salah seorang anak kandang, Bebas (24), warga Desa Telaga Biru, Kecamatan Tanjung Bumi mengungkapkan, dirinya sudah lama menjadi anak kandang ketika ada sapi-sapi yang gagal berangkat karena kapasitas kapal tidak mencukupi.
“Kami bagi menjadi dua tim; anak kandang pencari rumput beranggotakan 8-10 orang anak kandang khusus pemberi makan sapi. Saya mendapatkan upah Rp 10 ribu per ekor sapi per hari,” ungkapnya kepada Surya.
Sosok Bebas juga menjadi saksi hidup perkembangan sapi-sapi selama masa karantina, pemberian vitamin, hingga penyuntikan antibiotik. Awalnya ia merasa kebingungan karena beberapa sapi silangan kondisinya tidak sehat.
“Alhamdulilah sudah membaik daripada hari-hari kemarin, makan sudah lahap. Sebelum dilakukan penyuntikan pertama, beberapa sapi agak lemas, setelah disuntik sudah kelihatan berangsur pulih,” pungkas Bebas.