Mereka tidakĀ berburu jenis burung tertentu, karena roh bisa masuk ke dalam tubuh dan tidak mencapai kedamaian.
Mereka juga percaya bahwa roh almarhum tidak dapat mencapai dunia roh sampai mereka pergi dari dunia hidup dengan menyelesaikan ritual pemakaman tertentu.
Maka, jenazah tidak dimakamkan karena proses penguburan dan pembusukan terlalu lama.
Sebaliknya, mereka memiliki ritual kremasi khusus
Ketika seseorang meninggal, mereka menutupi tubuhnya dengan dedaunan di hutan selama sekitar 30 hingga 45 hari.
Kemudian, mereka mengumpulkan tulang untuk upacara kremasi.
Setelah kremasi, maka Anda bisa mendengar tangisan dan nyanyian di antara warga desa.
Setelah kremasi, mereka mengumpulkan abunya untuk sup, melansir frazerconsultants.
Yanomami mempraktikkan endokanibalisme, yaitu memakan daging anggota suku yang telah meninggal.
Mereka percaya bahwa dengan memakan abu almarhum membuat semangat almarhum tetap hidup untuk generasi berikutnya.
Roh almarhum tidak dapat mencapai kedamaian di dunia roh sampai mereka memakan supnya.
Untuk kuahnya, mereka mencampur abu jenazah dengan pisang yang sudah difermentasi.
Kemudian, mereka mengisi labu dengan sup dan membagikannya kepada seluruh komunitas untuk dimakan.
Jika anggota suku musuh membunuh almarhum, mereka menyimpan abunya sampai mereka bisa membalas dendam atas kematian almarhum.
Mereka tidak ingin makan sup sampai almarhum memiliki jalan damai ke dunia roh.
Pada malam serangan balas dendam yang direncanakan, hanya para wanita yang makan sup.
Mereka juga mengkhawatirkan arwah para pejuang yang meninggal, namun jasadnya tidak diketemukan.
Itu berarti mereka tidak bisa melakukan ritual kremasi khusus.