TRIBUNMADURA.COM, LUMAJANG - Suplai magma dari perut bumi ke Gunung Semeru terus meningkat. Kondisi ini mengakibatkan Gunung Semeru beberapa hari terakhir mengalami gempa tremor harmonik. Akibatnya, Gunung Semeru kembali terjadi erupsi, Rabu sore (9/11).
Aktivitas erupsi itu ditandai dengan Puncak Jonggring Saloko mengeluarkan magma. Material itu meluncur ke cekungan gunung di arah sisi tenggara. Bahkan, material itu mengeluarkan kepulan asap warna hitam saat meluncur ke permukaan lereng.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru di Gunung Sawur Liswanto mengatakan, dari pantauan seismograf magma meluncur mengarah ke Curah Kobokan. Akan tetapi, aktivitas ini masih dalam batas aman. Sebab, jarak luncur magma berhenti 4,5 kilometer dari Puncak Jonggring Saloko.
"Ini masih zona aman. ,Karena pemukiman terdekat berada di radius 9 kilometer," katanya.
Erupsi kali ini memang tidak menimbulkan dampak. Namun, Liswanto mewanti-wanti kepada masyarakat agar selalu waspada. Karakteristik Gunung Semeru tergolong fluktuatif.
Baca juga: Janda Muda Dihabisi di Lumajang, Polisi Periksa Sejumlah Saksi Hingga Muncul Dugaan Pelaku
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com
Ancaman yang mengintai adalah bahaya sekunder dari jutaan kubik magma yang mengendap di kawasan lereng. Material tersebut sewaktu-waktu dapat meluncur ke arah sungai jika terkena kontak air hujan.
Oleh karena itu, Liswanto merekomendasikan masyarakat tidak beraktivitas di sungai aliran lahar jika langit di atas Gunung Semeru terlihat gelap.
"Masyarakat kami mohon tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak. Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terdampak lahar dingin," pungkasnya.