Berita Tulungagung

Mbah Rukmi, Warga Tulungagung yang Viral Karena Rumahnya Dikabarkan Dijual Orang Lain

Penulis: David Yohanes
Editor: Ficca Ayu
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ruchmiyati (81), tinggal di teras rumahnya di Dusun Ringinagung, Desa Ringinpitu, Kecamatan Kedungwaru.

TRIBUNMADURA.COM, TULUNGAGUNG - Sosok perempuan renta di Dusun Ringinagung, Desa Ringinpitu, Kecamatan Kedungwaru tengah viral.

Beliau adalah Ruchmiyati, perempuan kelahiran 1942 yang hidup sebatang kara.

Kisah Mbah Rukmi, demikian biasa dipanggil, menjadi viral karena rumahnya dikabarkan dijual oleh orang lain. 

Penjualan rumah Mbah Rukmi membuat para tetangganya geram, karena si penjual ternyata anak tirinya sendiri.

Kemarahan warga dipicu, sosok anak tiri itu, sebut saja P, selama ini tidak pernah merawat Mbah Rukmi. 

"Dia itu sudah diusir oleh ayahnya sendiri karena nakal. Dia tidak punya hak atas rumah Mbah Rukmi," ucap seorang warga bernama Slamet.

Baca juga: Kakak Tega Hamili Adik Kandung, Akui Karena Cinta Hingga Tak ada Penyesalan, Kondisi Korban Berubah

Slamet menuturkan, sebelumnya Mbah Rukmi menikah dengan Nyoto dan tidak pernah punya anak.

Sebelum menikah dengan Mbah Rukmi, Nyoto sudah punya satu anak yaitu P. 

Namun P diusir oleh Nyoto karena dianggap nakal.

"Nyoto dan Mbah Rukmi malah mengadopsi satu anak perempuan. P ini malah tidak pernah pulang," ungkap Slamet

P baru pulang saat Nyoto meninggal dunia.

Saat itu ulahnya membuat warga geram, karena dia tidak mengurusi pemakaman ayahnya.

Dia pulang justru untuk mencari sertifikat tanah milik ayahnya. 

"Itu yang aneh, dia pulang yang dicari malah sertifikat tanah. Dia tidak mengurusi ayahnya yang meninggal," tutur Slamet.

Semasa hidup, Nyoto tidak bekerja dan ekonomi ditopang oleh Mbah Rukmi.

Saat itu Mbah Rukmi berdagang di pasar, sementara Nyoto bertugas mengantar jemput. 

Sebelum Nyoto meninggal dunia, tanahnya sudah dihibahkan atas nama Mbah Rukmi.

Bahkan saat itu terbit akta notaris atas nama Mbah Rukmi dari proses peralihan hak sekitar tahun 2017.

Hingga tahun 2019 terjadi proses peralihan hak yang tidak disadari Mbah Rukmi.

Baca juga: Demi Rafael Leao, Chelsea Sampai Tawarkan Dua Pemain ke AC Milan, Bukan Nama Sembarangan

Saat itu Mbah Rukmi dibawa ke sebuah tempat pencucian motor yang jauh dari rumahnya dan diminta membubuhkan cap jempol.

"Sementara dia diungsikan, di rumahnya sudah ada pengukuran. Dia cerita, katanya disuruh cap jempol karena ada bantuan," ujar Slamet. 

Belakangan diketahui terjadi proses jual beli dari P dengan seorang warga desa setempat seharga Rp 150 juta. 

Warga pun mempertanyakan proses peralihan akta peralihan hak milik Mbah Rukmi yang tiba-tiba beralih ke orang lain.

Warga sekitar pernah beramai-ramai mempertanyakan proses ini ke kantor desa.

"Warga mintanya tanah itu dikembalikan atas nama Mbah Rukmi," tegas Slamet. 

Saat ini Mbah Rukmi tinggal di teras rumah yang sudah atas nama orang lain.

Sementara di dalam rumah kosong tak ada perabot yang tersisa.

Setiap hari warga sekitar yang menyediakan makanan untuk Mbah Rukmi.

Kondisinya saat ini sudah pikun sehingga Mbah Rukmi buang kotoran di teras rumah tempatnya berdiam.

Seorang tetangga bernama Anik Pratiwi (53) yang membersihkannya setiap pagi dan sore hari. 

Menurut Anik, untuk urusan makanan Mbah Rukmi tidak pernah kekurangan karena semua tetangga peduli padanya. 

"Tugas saya yang membersihkan dan semua kebutuhannya dua. Yang jadi keluhan warga adalah biaya perawatannya," ucap Anik.

Baca juga: Simak Arti Kata Lokotre yang Viral di Instagram dan TikTok, Ada Kaitannya dengan Orang yang Hoki

Masih menurut Anik, anak angkatnya dulu yang merawat Nyoto hingga meninggal dunia dan menutup  utangnya. 

Namun dia kecewa karena tidak dilibatkan dalam proses penjualan rumah, dan tidak mendapat bagian.

Dia keberatan merawat Mbah Rukmi karena kondisinya juga kekurangan. 

"Yang saya dengar, waktu itu dia dapat ganti biaya listrik sama perbaikan rumah sebesar Rp 20 juta," tutur Anik. 

Mbah Rukmi juga pernah akan dititipkan di Panti Jompo namun menolak. 

Ia beralasan masih punya rumah sehingga ingin menghabiskan masa hidupnya di rumah. 

Selama ini proses perawatan Mbah Rukmi mengandalkan BLT Rp 600.000, namun kini BLT itu sudah dihentikan. 

"Sekarang ada sembako, itu yang dikasihkan ke saya untuk dipakai merawatnya," ujar Anik. 

Sebelumnya pihak pembeli pernah berjanji akan merawat Mbah Rukmi sampai meninggal.

Namun ternyata janji itu tidak pernah ditepati.

Kini setelah kisah Mbah Rukmi viral, pihak pembeli  mau mulai merawatnya. 

"Kalau semua tetangga mintanya, kembalikan hak Mbah Rukmi," tandasnya.

Baca Berita Madura lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Berita Terkini