Berita Madura

Kisah Owner Rokok Jawara, Rela 'Bakar Uang' Rp 1 M Demi Bantu Pemerintah, Kini ATM-nya Kosong

Penulis: Kuswanto Ferdian
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Owner Rokok Jawara, Marsuto Alfianto

Bang Alfian juga membeberkan, untuk pemenuhan kebutuhan biaya beli mesin produksi rokok lokal miliknya, harus mengeluarkan modal sekitar Rp 2.7 M - Rp 4.2 M.

"Satu mesin produksi rokok harganya sekitar Rp 2.7 M - Rp 4.2 M, bergantung mereknya dari mana mesin itu dibuat. Uang Rp 10 miliar yang saya keluarkan itu hanya untuk membeli 3 mesin saja," urainya.

Sementara untuk modal produksi rokok kretek lokal, Bang Alfian harus mengeluarkan modal tambahan sekitar Rp 1 M - Rp 2 M.

Ia mengkalkulasi biaya produksi 1 merek produk lokal menelan biaya sekitar Rp 400 - Rp 500 juta.

Untuk saat ini, perusahannya yang dijuluki CV Jawara Internasional Djaya telah memproduksi sembilan merek rokok lokal.

Khusus mesin reguler dan mild, lanjut Bang Alfian, setiap mesin bisa memproduksi sekitar 7 kwintal hingga 1 ton tembakau dalam sehari.

Setiap satu ton tembakau menghasilkan sekitar 250 karton rokok.

"Dana awal mulai merintis sekitar Rp 2 M - Rp 3 M. Kalau sekarang aset perusahaan itu mencapai sekitar Rp 10 M - Rp 15 M," ungkapnya.

Menurut pria murah senyum itu, hasil usahanya yang sangat terasa sampai saat ini ketika mendapatkan kontrak pembelian 300 karton rokok.

Untuk saat ini, Bang Alfian telah merekrut sekitar 300 karyawan lebih.

Tiap bulannya, ia mengeluarkan gaji untuk karyawannya sekitar Rp 82 juta.

"98 persen pekerja kami dari Pamekasan. 2 persennya dari luar karena ada pekerja teknisi dan operator mesin," tutur Bang Alfian.

Bang Alfian juga berbagi tips, bagi pengusaha yang hendak membuka usaha rokok lokal khusus kretek, cukup mengeluarkan modal Rp 500 juta saja.

Sebab kata dia, bisnis rokok kretek lokal ini hanya berfokus memperbanyak karyawan linting dan packing.

"Kalau aset perusahaan sekarang sekitar Rp 10 M - Rp 15 M," ungkapnya.

Halaman
123

Berita Terkini