Berita Madura

Kisah Owner Rokok Jawara, Rela 'Bakar Uang' Rp 1 M Demi Bantu Pemerintah, Kini ATM-nya Kosong

Penulis: Kuswanto Ferdian
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Owner Rokok Jawara, Marsuto Alfianto

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Nama Marsuto Alfianto seketika tenar di kalangan pengusaha dan pegiat bisnis di Kabupaten Pamekasan, Madura.

Pria yang sebelumnya dikenal pengacara kondang itu, kini merambah ke dunia usaha produk rokok lokal dengan brand 'Jawara'.

Kemunculan produk rokok lokal milik pria yang akrab disapa Bang Alfian ini mulai menjadi saingan berat produk rokok nasional.

Bang Alfian menceritakan, awal tertarik membuka usaha rokok lokal ini karena sering dipakai corporate perusahaan rokok sebagai lawyer (pengacar) ketika perusahaan rokok tersebut terdapat suatu masalah.

Kemudian kliennya bercerita terhadap dirinya jika penghasilannya dari bisnis rokok lokal itu dalam sebulan untung sekitar Rp 1 M dari satu mesin produksi rokok.

"Kalau dua mesin Rp 2 M hasilnya. Awalnya saya gak percaya. Ketika masuk ke bisnis rokok lokal ini ternyata benar hasilnya itu nyata," kata Bang Alfian, Selasa (26/9/2023).

Sedari Awal, Bang Alfian mengaku niat ingin menjalankan dan membesarkan usaha bisnis rokok lokalnya.

Baca juga: Kisah Pengusaha Madura Beli Mobil Bekas Gus Dur, Hanya Satu di Indonesia, ini Spesifikasi Mobilnya

Tak heran jika dalam mengembangkan usaha rokok lokal tersebut dirinya harus rela mengeluarkan modal hingga Rp 10 miliar.

Modal sebesar itu, ia niatkan untuk membantu pemerintah mengentaskan pengangguran.

Namun, sebelum dirinya memutuskan terjun ke dunia usaha rokok lokal tersebut, terlebih dahulu tim manajemennya melakukan observasi.

"Tim kami observasi mengenai usaha apa yang sekiranya menghasilkan dan yang kedua bemanfaat," ceritanya.

Selain itu, yang membuat dirinya tertantang terjun ke dunia usaha rokok lokal ini bermula dari beberapa pengusaha rokok yang menyatakan jika ingin terjun berbisnis di usaha rokok lokal harus rela membakar uang Rp 1 miliar.

Sontak pernyataan itu membuat dirinya tertegun dan bertanya-tanya.

"Awalnya saya tidak percaya bahwa pengusaha rokok itu harus rela membakar uang Rp 1 miliar. Atinya, kalau kamu hanya punya modal Rp 1 miliar jangan coba-coba masuk menjadi pengusaha rokok," pesannya.

Bang Alfian juga membeberkan, untuk pemenuhan kebutuhan biaya beli mesin produksi rokok lokal miliknya, harus mengeluarkan modal sekitar Rp 2.7 M - Rp 4.2 M.

"Satu mesin produksi rokok harganya sekitar Rp 2.7 M - Rp 4.2 M, bergantung mereknya dari mana mesin itu dibuat. Uang Rp 10 miliar yang saya keluarkan itu hanya untuk membeli 3 mesin saja," urainya.

Sementara untuk modal produksi rokok kretek lokal, Bang Alfian harus mengeluarkan modal tambahan sekitar Rp 1 M - Rp 2 M.

Ia mengkalkulasi biaya produksi 1 merek produk lokal menelan biaya sekitar Rp 400 - Rp 500 juta.

Untuk saat ini, perusahannya yang dijuluki CV Jawara Internasional Djaya telah memproduksi sembilan merek rokok lokal.

Khusus mesin reguler dan mild, lanjut Bang Alfian, setiap mesin bisa memproduksi sekitar 7 kwintal hingga 1 ton tembakau dalam sehari.

Setiap satu ton tembakau menghasilkan sekitar 250 karton rokok.

"Dana awal mulai merintis sekitar Rp 2 M - Rp 3 M. Kalau sekarang aset perusahaan itu mencapai sekitar Rp 10 M - Rp 15 M," ungkapnya.

Menurut pria murah senyum itu, hasil usahanya yang sangat terasa sampai saat ini ketika mendapatkan kontrak pembelian 300 karton rokok.

Untuk saat ini, Bang Alfian telah merekrut sekitar 300 karyawan lebih.

Tiap bulannya, ia mengeluarkan gaji untuk karyawannya sekitar Rp 82 juta.

"98 persen pekerja kami dari Pamekasan. 2 persennya dari luar karena ada pekerja teknisi dan operator mesin," tutur Bang Alfian.

Bang Alfian juga berbagi tips, bagi pengusaha yang hendak membuka usaha rokok lokal khusus kretek, cukup mengeluarkan modal Rp 500 juta saja.

Sebab kata dia, bisnis rokok kretek lokal ini hanya berfokus memperbanyak karyawan linting dan packing.

"Kalau aset perusahaan sekarang sekitar Rp 10 M - Rp 15 M," ungkapnya.

Dimungkinkan modal yang telah Bang Alfian keluarkan untuk membuka usaha rokok lokal ini akan kembali dalam waktu maksimal setahun.

Bahkan semenjak dirinya menjadi pengusaha rokok lokal tidak pernah pegang uang di ATMnya.

Semua keuangan perusahaan miliknya itu dipegang oleh istrinya sebagai bendahara dan admin.

"Saya sejak jadi pengusaha gak punya uang. Kalau dulu di ATM saya ada uang Rp 1.6 M, pernah juga pegang Rp 3.6 M. Kalau sekarang di ATM saya kosong, dipegang istri semua," tutupnya.

 

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Berita Terkini