Hikmah Ramadan

Ramadan: Momentum Mengungkap Fakta Ilmiah dalam Al-Quran

Editor: Taufiq Rochman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bendahara Umum MUI Jatim, KH Rosyidi, SE, M. IQ

Oleh: KH Rosyidi, SE, M. IQ

Bendahara Umum MUI Jatim

TRIBUNMADURA.COM - Perkembangan zaman yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan dan perkembangan kehidupan masyarakat.

Kemajuan dan perkembangan kehidupan masyarakat tersebut ditandai dengan ditemukannya sejumlah penemuan-penemuan ilmiah yang sangat menakjubkan dan bersifat kontemporer serta dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan modern melalui proses tela’ah dan analisis secara cermat dan mendalam.

Penemuan-penemuan yang dimaksud juga terjadi di berbagai aspek kehidupan, antara lain di bidang ilmu pengetahuan astronomi (imu falak).

Di sisi lain, kehadiran bulan Ramadhan yang merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan ditegaskan oleh Rasul SAW sebagai bulan “al-Quran”.

Hal ini merujuk kepada peristiwa nuzul Al-Quran yang telah menjadi konsensus para ulama.

Oleh karena itu, eksistensi Ramadhan sebagai momentum untuk menelaah kembali makna makna yang terkandung dalam al-Quran menjadi sesuatu yang tepat dan relevan dari aspek waktunya.

Dalam konteks inilah, tulisan ini mencoba menyajikan relevensi Ramadhan dengan literasi Al-Quran yang di integrasikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mari kita renungkan makna ayat berikut:

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيم

(Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah keteteapan Allah yang maha perkasa dan maha mengetahui).

Baca: surat Yasin ayat 38

Ayat tersebut diatas menggambarkan betapa ciptaan Allah SWT yaitu matahari bergerak begitu ajek dan istiqamah mengikuti sunnahatullah dan iradahNya.

Keteraturan pergerakan semu matahari tersebut menggambarkan ketundukannya kepada sang penciptanya.

Oleh karena itu, manusia yang dibekali oleh Allah SWT dengan fitrah aqliyah (kecerdasan intleketualitasnya) dapat melakukan pengamatan secara cermat dan akurat.

Konsekuensinya, manusia dapat membaca dan mengetahui pergerakannya yang berkaitan erat dengan aspek tawqit zaman (penentuan waktu).

Sebagai contoh, pergerakan matahari di bulan April (yang bertepatan dengan bulan Ramadhan 1443 H ini) memiliki konsekuensi cuaca yang relatif lebih sejuk untuk wilayah Surabaya dan lokasi lain di jawa timur dibandinkan dengan bulan Oktober dan November.

Hal ini dikarenakan pergerakan semu matahari menunujukkan pergeseran ke arah utara dari garis khatulistiwa.

Implikaisnya, berbagai kabupaten dan kota yang berada di utara garis khatulistiwa memiliki cuaca yang relatif lebih panas.

Konsekuensi berikutnya adalah durasi waktu puasa yang relatif lebih singkat (13 jam 17 menit) untuk Surabaya dan sekitarnya bila dibandingkan dengan bulan Oktober dan November yang rata rata 13 jam 43 menit (karena posisi matahari tepat berada di atas Surabaya).

Makna inilah yang dikendaki oleh Allah dalam firmanNya sebagaimana tersebut diatas yang menegaskan bahwa matahari bergerak secara ajek dan istiqamah, dan menjadi pijakan dalam penentuan awal waktu.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan menggugah hati umat agar tidak mencukupkan diri dengan membaca al-Quran, tetapi juga harus menelaah secara cermat dan mendalam dengan tujuan untuk meneguhkan keyakinan bahwa firman Allah dalam al-Quran selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan sains. Amin!

Berita Terkini