Lantaran ia mengurus majikan yang berjenis kelamin laki-laki, Titi Tilah sampai dituding mendapatkan gaji yang haram.
"Dan sekarang pun banyak komentar-komentar yang pedas.
Seperti 'bukan muhrim, haram menjaga seorang laki-laki, kasihan anaknya dikasih uang haram,' kayak gitu," tutur Titi Tilah.
"Terus kalau haramnya itu dari mana?
Saya di sini juga nggak menjual diri gitu," ucap Titi Tilah dengan suara yang sedikit bergetar.
"Saya bekerja dengan tenaga, saya harus membopong setiap hari, membantu orang lain yang berkebutuhan khusus, membutuhkan tenaga saya, dan saya digaji karena kerja keras saya," sambungnya.
Pilihan untuk menjadi seorang TKI bukanlah pilihan yang mudah.
Semua dilakukan Titi Tilah untuk mengangkat derajat kedua anaknya yang ada di kampung halaman, Indonesia.
"Saya memang orangnya kayak gini, minim pendidikan.
Dibilang 'pendidikan cuma SMP, bisanya apa sih, paling cuma jadi pembantu saja', ya nggak apa-apa, emang itu kemauan saya," kata Titi Tilah.
"Kepengen membahagiakan kedua anak saya, supaya anak saya lebih dihargai orang lain, ataupun bisa seperti orang lain," ujarnya.
"Jadi semampu saya menjunjung anak saya supaya bisa setara dengan orang lain.
Meskipun mamanya hanya seorang pembantu, TKW," kata Titi Tilah.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com