"Masyarakat tidak seharusnya berprasangka buruk terhadap fenomena ini dengan alasan tidak demokratis, lalu mengajak orang untuk memilih kotak kosong," katanya.
Menurutnya, partai politik sebagai pengusung pasangan ini tentunya telah memperhitungkan banyak hal. Di antaranya, tingginya tingkat keterpilihan kedua figur tersebut karena mayoritas masyarakat puas terhadap kinerja petahana.
Keberhasilan memimpin kota pahlawan dalam mengentaskan kemiskinan, menurunkan stunting, hingga penanganan pandemi Covid-19 menjadi berbagai alasan tersebut. "Dengan potensi elektabilitas yang tinggi, penantang tentu akan berpikir dua kali untuk melawan petahana," katanya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com