Berita Lamongan

Tak Mau Sekolah, Siswa SD Tantrum dan Rusak Isi Rumah, Ternyata Jadi Korban Bully di Sekolahnya

Penulis: Hanif Manshuri
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MERUSAK ISI RUMAH. Diduga tantrum, siswa SD kelas VI mengamuk tak mau sekolah dan merusak isi rumah. Ortu sampai harus minta bantuan petugas Damkar untuk meredam amarah si anak, Senin malam (11/8/2025)

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Hanif Manshuri

TRIBUNMADURA.COM, LAMONGAN - Hanya karena tidak mau sekolah, seorang bocah berusia 11 tahun mengalami tantrum hingga merusak seisi rumah, termasuk perabotan.

Orang tuanya tak mampu mengendalikan ledakan emosi sang anak yang geram membabi buta.

Orang tuanya sampai harus meminta bantuan petugas Damkas untuk menenangkan sang anak.

Ledakan kemarahan anak itu diduga karena mengalami tekanan di lingkungan sekolahnya, tempatnya belajar selama ini.

Hanya saja, ia tak mengutarakan alasan kepada orang tuanya mengapa ia tidak mau sekolah yang tidak jauh dari rumahny di Desa Tanjung, Kecamatan Lamongan Kota.

Insiden yang menggegerkan keluarga dan warga sekitar kediaman siswa itu terjadi pada Senin malam (11/8/2025) sekitar pukul 21.30 WIB.

Meski begitu tidak sampai ada kekerasan penanganan terhadap anak tersebut dan semuanya bisa dikendalikan saat petugas Damkar tiba di rumah di Tanjung.

Korwil Damkar Lamongan, Suwanto menceritakan, pihaknya menerima laporan mengenai seorang anak yang mengalami tantrum yang tidak terkontrol pada malam itu.

Anak yang berinisial B yang kini duduk di kelas 6 sekolah dasar (SD) tersebut menolak sekolah.
 
Penolakannya itu dilampiaskan tidak hanya merusak perabotan rumah, tetapi juga memukul dan menganiaya ibunya..

Sang ibu menjelaskan, bahwa anaknya mengamuk dengan menangis dan berteriak histeris. " Merusak semua barang di rumah," kata Suwanto, Selasa (12/8/2025).

Dari penuturan orang tua siswa, Suwanto menduga anak tersebut mengalami perundungan dan tekanan di lingkungan sekolah, hingga membuatnya enggan untuk bersekolah.

Saat ia dan anggota Damkar tiba, petugas Damkar berusaha menenangkan anak tersebut dengan cara membujuk dan menasehati.

Selang beberapa waktu, emosi sang anak berhasil diredam, dan ia mau berkomunikasi dengan petugas Damkar.

"Kejadian malam itu bisa diredam dan anak itu tidak lagi berontak," ungkap Suwanto.

Memang ada sejumlah isi rumah yang terdampak akibat ledakan emaso si anak yang mengalami tantrum itu. Namun akhirnya bisa dikendalikan.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kabupaten Lamongan, Umuronah menyatakan, bahwa DPPPA akan melakukan penelusuran ke rumah anak tersebut untuk mengetahui penyebab perilaku tantrum yang dialami.

Ia menekankan pentingnya peran orang tua dalam mengawasi tumbuh kembang anak. Dan menurutnya, kurangnya perhatian dapat memicu perilaku agresif, terutama jika anak terlalu sering bermain gawai atau terpengaruh oleh lingkungan negatif.

Kasus ini menjadi perhatian bersama dinas terkait sebagai bentuk komitmen untuk melindungi anak dari risiko kekerasan, penelantaran, maupun masalah psikologis.

" Kita akan bantu dengan perhatian dan penanganan yang tepat. Anak tersebut dapat kembali bersekolah dan mendapatkan dukungan yang dibutuhkan," pungkasnya.
 
 
 
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Berita Terkini