Berita Pamekasan
Pemicu TK di Pamekasan Tolak Tawaran Program MBG, Pilih Sajikan Sendiri, Kepsek: Bukannya Ogah
Ternyata tak semua sekolah menerima program Presiden Prabowo Subianto itu, salah satunya sebuah TK di Pamekasan.
TRIBUNMADURA.COM - Inilah alasan sekolah di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, menolak program makan bergizi gratis (MBG) dan memilih menyajikan sendiri makanan ke siswa.
Program MBG yang dicanangkan Presiden Prabowo itu memang terus mendulang perhatian publik.
Terlebih-lebih belakangan ini ratusan siswa di beberapa daerah Tanah Air keracunan diduga karena memakan menu MBG.
Kasus terbaru terjadi di Cipongkor, Bandung Barat, Jawa Barat, pada Senin (22/9/2025).
Empat puluh satu ambulans dikerahkan untuk mengangkut korban yang terdiri dari pelajar SD, SMP, hingga SMK agar mendapat perawatan medis.
Kata Kepala Puskesmas Cipongkor, Yuyun Sarihotimah, seperti dilansir dari Tribunnews.com, kebanyakan korban mengalami mual, pusing, muntah, hingga sesak napas.
Yuyun juga menuturkan bahwa menu MBG yang disuguhkan ke siswa diduga tidak layak.
Daging ayam sudah berbau tidak sedap sampai berbulu, diduga telah busuk.
Bahkan pihak Istana mengaku bahwa secara keseluruhan, korban keracunan MBG lebih dari 5.000 per 17 September 2025.
Baca juga: Prihatin MBG Kerap Bermasalah, Wabup Bangkalan: Kami Laporkan, Tak Ada Toleransi
"BGN, 46 kasus keracunan dengan jumlah penderita 5.080. Ini data per 17 September. Kedua, dari Kemenkes, 60 kasus dengan 5.207 penderita, data 16 September. Kemudian BPOM, 55 kasus dengan 5.320 penderita, data per 10 September 2025," ucap Kepala Staf Presiden (KSP) Muhammad Qodari di Istana, Jakarta, pada Senin (22/9/2025), seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Sebab itu, sekolah di Pamekasan ini langsung menarik atensi publik.
Bak sudah menduga MBG akan menimbulkan polemik, sekolah itu sejak awal menolak program pemerintah tersebut.
Sekolah yang dimaksud adalah lembaga Kelompok Bermain (KB) Raudhatul Athfal dan madrasah di Kelurahan Jungcangcang, Pamekasan, Jawa Timur.
Mereka memilih membuat program makan sendiri daripada menerima tawaran MBG.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Google News TribunMadura.com
Baca juga: Ada Ulat di MBG SDN Pamekasan, Kepala Sekolah Ungkap Fakta di Lapangan
Melansir dari Kompas.com, sekolah menyajikan makanan pada siswa setiap pukul 09.00 WIB.
Seluruh siswa rutin makan bersama setiap hari pada waktu tersebut.
Sambil duduk di lantai, makanan tersaji di piring sementara minuman tertampung di botol milik anak-anak.
Pada Selasa (23/9/2025), menu makan pagi adalah nasi putih, ayam suwir, dan sayur kelor, dan buah jeruk.
Kepala KB-RA Insan Cendikia dan MIQI Darussalam, Suherman menolak menu MBG bukan karena tidak setuju dengan program pemerintah.
Namun karena sudah lama program tersebut dilaksanakan di sekolah secara mandiri.
"Sejak 3 tahun lalu kami sudah melaksanakan program makan bersama setiap pagi," kata Suherman.
Baca juga: 8 Siswa Diduga Keracunan MBG di Pamekasan, Polisi: Bukan Kekenyangan
Menurutnya, penolakan terhadap SPPG bukan karena tidak ingin menerima MBG.
Tapi karena wali murid sudah meminta pihak lembaga melanjutkan program sekolah yang sudah berjalan lama.
"Pada awal MBG ada, kami kumpulkan wali murid dan tawari. Apakah kita menerima MBG atau tetap melanjutkan program sekolah. Ternyata mereka lebih memilih program kami dilanjut," katanya.
Dikatakan, setiap pukul 09.00 siswa sudah berkumpul untuk makan bersama.
Menu yang disediakan setiap hari berbeda-beda dan sudah terjadwal dalam sebulan.
"Kadang ada siswa alergi pada lauk atau masakan tertentu. Sehingga kiita sesuaikan dengan apa yang diinginkan siswa," katanya.
Suherman menyampaikan, bahan pokok untuk makan siswa dipastikan bagus. Sebab dimasak sejak pagi.
Sehingga pukul 09.00, siswa bisa menikmati makanan dalam kondisi masih hangat.
Baca juga: Fakta Ortu Siswa Terima Surat Pernyataan Soal MBG: Tak Akan Menuntut Jika Keracunan atau Alergi

"Mungkin ini salah satunya kenapa wali murid tetap meminta program di sekolah dilanjutkan," ucapnya.
Ditanya soal anggaran untuk makan bersama siswa, Suherman menyampaikan, memang ada iuran Rp 5.000 setiap hari untuk makan siswa.
Namun hal itu sudah disetujui oleh semua wali murid dan tidak ada keluhan.
Dia menjelaskan, iuran Rp 5.000 per hari untuk mengganti uang saku atau uang jajan siswa.
Siswa sudah diminta tidak membeli jajan selama di lingkungan sekolah.
"Sejak sekolah ini beroperasi, kami memang tidak berlakukan kantin atau berjualan jajan di sekolah," ucapnya.
Dikatakan, selama 3 tahun tidak pernah ada keluhan dari wali murid.
Sebab uang saku siswa dinilai lebih irit dari uang jajan.
"Iuran bisa dibayar setiap hari atau setiap bulan. Bahkan jika ada walimurid yang kesulitan bayar akan mendapatkan subsidi dari sekolah," ucapnya
Baca juga: Porsi Mini MBG Disorot, Berisi Secuil Telur Kukus dan Sedikit Sayuran
Tak hanya keracunan, polemik lain yang dihadapi program ini adalah keengganan siswa menyantap MBG.
Hal itu terjadi di SDN Pandian 1, Kabupate Sumenep, Jawa Timur, sampai-sampai membuat kepala sekolah kebingungan.
Pasalnya, banyak siswa tidak mau memakan menu MBG sampai tersisa banyak.
Menurut Kepsek Kusniah, hal itu terjadi karena beberapa alasan.
Pertama, siswa sudah sarapan sebelum berangkat sekolah.
“Kebanyakan anak-anak sudah sarapan dari rumahnya masing-masing,” ungkap Kusniah, Rabu (10/9/2025).
Baca juga: Satgas MBG Sampang Warning SPBG: Jangan Main-main dengan Standar Gizi

Kedua, kebiasaan makan anak juga menjadi alasan.
Kusniah menilai siswanya terbiasa makan makanan cepat saji sehingga menu MBG membuat mereka tak berselera.
“Anak-anak kan sudah biasa makan makanan cepat saji ya, jadi makanan yang bergizi, sehat, dan sayuran, kalau sayuran kurang berminat. Apalagi, ya mohon maaf, ini kadang tiada rasa. Ya rasanya itu kurang,” tambahnya dilansir dari Kompas.com.
Kusniah melanjutkan bahwa kualitas buah yang datang ke sekolah kerap menurun, menjadi alasan ketiga.
“Kalau buah yang dikupas, seperti semangka, melon, itu sampai di sini rasanya sudah berbeda,” ujarnya.
Keempat, menurutnya, menu sama setiap hari bisa jadi membuat siswa bosan.
“Mungkin karena setiap hari ya,” katanya.
Baca juga: Posko Pengaduan Program MBG di Sampang Belum Terealisasi, Ini Penjelasan Satgas
Para guru bahkan pernah membagikan sisa makanan kepada pengendara dan tukang becak yang melintas agar tak terbuang.
Mereka juga tak jarang membawa pulang MBG sisa.
Untuk meminimalisir itu serta memaksimalkan MBG tersampaikan ke siswa, pihak sekolah berinisiatif meminta setiap anak membawa kotak bekal.
MBG yang tak termakan di sekolah bisa dibawa pulang.
“Jadi mereka disuruh membawa kotak bekal, yang tidak mau makan di sekolah, itu dimasukkan ke kotak bekal dan dibawa pulang,” tutur Kusniah.
Baca juga: Baru Seminggu Masuk, Ratusan Siswa SMPN Kupang Dilarikan ke RS Diduga Keracunan MBG: Nasinya Bau
Kusniah juga menyarankan agar menu MBG disesuaikan dengan selera anak tanpa mengurangi nilai gizi.
“Menurut saya, itu makannya disesuaikan dengan keinginan atau kesukaan makanan anak-anak. Misalnya pun sayuran, ya sayurannya dikemas supaya anak-anak itu mau untuk makan sayuran,” ujarnya.
-----
Berita viral dan berita seleb lainnya.
Makan bergizi gratis
MBG
sekolah di Pamekasan tolak MBG
Kepsek
Pamekasan
berita Pamekasan terkini
viral di media sosial
TribunMadura.com
Tribun Madura
Penyakit Campak di Pamekasan Merenggut Nyawa 7 Anak, Ternyata Ada 178 Orang yang Positif |
![]() |
---|
Proppo Pamekasan Masuk Jadi Zona Merah Peredaran Narkoba, Polisi: Barangnya dari Luar |
![]() |
---|
Dosen PENS Asal Pamekasan Sukses Ciptakan Alat Teknologi IoT Pendeteksi Kualitas Air Tambak Udang |
![]() |
---|
Ternyata Ahli Gizi SPPG Pamekasan Belum Tinjau Siswa SDN Pasanggar 1 yang Diduga Keracunan MBG |
![]() |
---|
Isi 7 Perjanjian Kepala SPPG dan Kepala SDN Pasanggar 1 Pamekasan seusai Para Siswa Keracunan MBG |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.