Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk

Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Syaiful Rossy Minta Kaki Baru, Ortu Anggap Sudah Takdir

Orangtua dan keluarga terus menjaga dan menemaninya selama menjalani perawatan setelah santri berusia 14 tahun itu berhasil dievakuasi

Penulis: M Taufik | Editor: Januar
TribunMadura.com/ M Taufik
Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Syaiful Rossy Minta Kaki Baru, Ortu Anggap Sudah Takdir 

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, M Taufik


TRIBUNMADURA.COM, SIDOARJO - Syaiful Rossy Abdillah masih menjalani perawatan di RSUD Notopuro Sidoarjo.
 
Orangtua dan keluarga terus menjaga dan menemaninya selama menjalani perawatan setelah santri berusia 14 tahun itu berhasil dievakuasi dari bawah reruntuhan bangunan tiga lantai di kompleks Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo

Syaiful Rossy berhasil selamat setelah tiga hari bertahan di bawah reruntuhan bangunan. Tapi karena terjepit balok, kaki kanannya terpaksa diamputasi. “Pengen dibelikan kaki (palsu) yang baru,” ujar Syaiful Rossy saat ditemui di rumah sakit. 

Bocah ini seperti tidak trauma. Bahkan dia mengaku siap kembali mondok di pesantrennya itu saat sudah sembuh. Tentu dengan kaki barunya nanti. 

Syaiful bercerita, saat bangunan roboh dia sedang ikut salat Ashar berjamaah di lantai dasar bangunan itu. Pas rokaat pertama, disebutnya sudah mulai ada tanda-tanda. Suara retakan dan beberapa kayu terjatuh. 

“Kemudian rokaat kedua, mulai runtuh. Teman-teman lari, saya juga ikutan. Tapi keburu terjebak (di bawah reruntuhan),” kisahnya. 

Pada saat awal, dia dan beberapa temannya sempat berulang kali teriak minta tolong. Tak lama kemudian, juga berhasil komunikasi dengan petugas yang hendak menolongnya.  

Tiga hari berada di bawah reruntuhan, Syaiful terus berkomunikasi. Dia mendapat suplai oksigen dan makanan dari petugas SAR gabungan yang berupaya menolongnya. 

“Saya juga sempat akan ditarik. Tapi kaki saya terjepit. Sehingga menunggu dibongkar baru bisa keluar,” lanjutnya. 

Sesampai di rumah sakit, dia menjalani perawatan dan akhirnya diputuskan kaki kanannya harus diamputasi. Karena kondisinya sudah seperti itu, keluarga pun menyetujuinya. 

Selama proses pencarian hingga menjalani perawatan, keluarga terus menungguinya. Idrus, ayah dari Syaiful mengaku sangat bersyukur anaknya bisa selamat dalam musibah robohnya gedung tersebut.  

“Saat tahu kondisi (bangunan roboh) seperti itu, saya sudah pasrah. Saya kira anak saya sudah tidak ada. Saya sudah iklas atas musibah ini,” kata Idrus di sela mendampingi putranya di rumah sakit milik Pemkab Sidoarjo tersebut.  

Bahkan Idrus mengaku empat tidak percaya ketika mendapat kabar bahwa putranya selamat dalam peristiwa itu. Meski anaknya harus kehilangan kaki kanannya, Idrus juga mengaku sudah iklas dengan semuanya. Bahkan dia bersyukur kondisi anaknya sekarang sudah membaik. 

“Sesekali mengeluh sakit seperti nyeri di kakinya itu. Tapi yang setiap hari dikatakannya, dia pengen dibelikan kaki baru. Mungkin minder dengan kondisi kakinya jika harus bertemu dengan teman-temannya lagi,” lanjut Idrus. 

Kendati anaknya menjadi korban, Idrus menegaskan tidak akan menuntut pihak pondok pesantren. Dia menilai peristiwa tersebut merupakan ujian dan bagian dari takdir.

“Saya yakin (semua ini takdir) seperti itu, jadi saya ikhlas. Kami tidak akan menuntut atau sebagainya,” tegasnya. 
 
 
 
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved