Berita Pasuruan
Miris Lihat Pulau Bali, Wanita Asal Surabaya ini Bertekad Bantu Pemerintah Berantas Sampah Plastik
15 tahun yang lalu, Christine Halim mengaku miris melihat sampah plastik yang berserakan di Bali.
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM, PASURUAN - 15 tahun yang lalu, Christine Halim mengaku miris melihat sampah plastik yang berserakan di Bali.
Saat itu, yang ada dibenaknya adalah, Bali adalah tempat wisata.
Ia menilai, tempat wisata seharusnya bersih dari sampah, terutama sampah plastik.
Apalagi, sampah plastik susah membaur dengan tanah.
Menurut dia, secara pengalaman pribadi, sampah plastik tidak dibuang dan tidak menjadi masalah sampah berserakan di negara maju.
• Libur Akhir Tahun, Pengunjung Jatim Park Group Meningkat 50 Persen, Destinasi ini Paling Diminati
"Di negara maju, plastik justru sangat bermanfaat. Makanya saya heran, sampah plastik di Indonesia justru jadi masalah," kata dia kepada Surya beberapa waktu lalu.
"Nah, kalau dibiarkan ini bisa mengancam kelangsungan hidup semuanya, termasuk yang paling pertama terdampak adalah pencemaran lingkungan," sambungnya.
Perempuan kelahiran Surabaya, 10 April 1975 ini mengaku, berangkat dari situ, ia dan teman-temannya memutar otak untuk mencari cara dalam membantu pemerintah menyelesaikan persoalan sampah plastik.
• Bupati Jember Tawarkan 10 Poin dalam MoU bersama PT KAI, Trem Antar-kecamatan Juga Jadi Proyek
Walhasil, ia pun memilih untuk mendaur ulang sampah plastik yang berserakan dan menjadi masalah selama ini.
Ia memanfaatkan sampah plastik menjadi sebuah bahan yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
"Justru setelah didaur ulang bisa mendapatkan nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dibiarkan dan menjadi masalah berkepanjangan," tambah perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) tersebut.
• Pemkot Malang Disarankan Terapkan Moda Transportasi Seperti Trans Jakarta untuk Urai Kemacetan Kota
Ia bahkan sempat belajar ke Tiongkok untuk urusan daur ulang plastik.
Christine Halim mengatakan, pelapis aspal untuk jalanan di Tiongkok berbahan dasar hasil dari daur ulang plastik.
"Makanya saya kembangkan di sini. Pertama ingin membantu membersihkan dan menyelesaikan masalah sampah plastik. Dan kedua ingin membantu memberikan pekerjaan ke masyarakat karena sampah plastik kalau diolah memiliki nilai ekonomis yang tinggi," pungkas dia.
• Pintu Air Sungai Amprong Kota Malang Ditutup, Warga Sekitar Bantaran Berburu Remis