Berita Pamekasan

Sejarah Singkat Vihara Avalokitesvara Pamekasan, Mengandung Situs Peradaban Kerajaan Majapahit

Vihara Avalokitesvara merupakan Tempat ibadah umat Tri Dharma terbesar di Madura.

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN
Vihara Avalokitesvara yang berada di Dusun Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Selasa (5/2/2019). 

Dalam bahasa Madura, Burung diartikan sebuah kegagalan (tidak jadi).

Polres Jember Lacak Lokasi Produksi Rokok Tanpa Pita Cukai usai Tangkap 3 Pengantar Asal Pamekasan

Rencana pembangunan candi di Pantai Talang pun tidak terlaksana seiring perkembangan kejayaan Kerajaan Majapahit yang mulai pudar serta penyebaran agama Islam mulai masuk dan mendapat sambutan yang sangat baik di Pulau Madura, termasuk daerah Pamekasan.

"Akhirnya, patung-patung kiriman dari Majapahit pun dilupakan orang, serta lenyap terbenam dalam tanah," ujarnya.

Sekitar tahun 1800, lanjut Kosala Mahinda, Pak Burung tidak sengaja menemukan patung-patung dari Majapahit tersebut di ladangnya.

Kabar penemuan itu sangat menarik perhatian penjajah Belanda dan meminta Bupati Pamekasan, Raden Abdul Latif Palgunadi alias Panembahan Mangkuadiningrat I (1804-1842), untuk mengangkat dan memindahkan patung-patung tersebut ke Kadipaten Pamekasan.

Duta Lalu Lintas Polres Pamekasan Ajak Generasi Millenial Tertib dan Taat Peraturan

"Tetapi, karena keterbatasan peralatan saat itu, proses pemindahan patung-patung tersebut ke Kadipaten Pamekasan gagal juga. Patung-patung tersebut tetap berada di lokasi ketika ditemukan," terangnya.

Kurang lebih 100 tahun kemudian, sebuah keluarga Tionghoa membeli ladang tempat penemuan patung-patung tersebut.

Setelah dibersihkan, diketahui bahwa patung-patung tersebut bukan sembarang patung. Patung-patung tersebut memiliki khas Buddha beraliran Mahayana yang punya banyak penganut di daratan Tiongkok.

"Salah satu patung itu ternyata patung Kwan Im Po Sat alias Avalokitesvara. Tingginya 155 sentimeter, tebal tengah: 36 cm dan tebal bawah: 59 cm," terang Kosala Mahinda.

Kepergok Isap Sabu di Rumahnya, Pria di Malang Mengaku Dapat Narkoba dari Napi Lapas Klas I Malang

Kosala Mahinda melanjutkan, kabar ini pun tersebar luas di kalangan orang Tionghoa di Pamekasan dan Pulau Madura umumnya.

Sejak itulah dibangun sebuah kelenteng untuk menampung patung Kwan Im Po Sat, Dewi Welas Asih yang sangat dihormati di kalangan masyarakat Tionghoa.

"Kelenteng Kwan Im Kiong Vihara Avalokitesvara Madura yang mempunyai sejarah dan kekhasan inilah sejak dulu menjadi tujuan warga Tionghoa," jelas Kosala Mahinda.

Dishub Kabupaten Malang Terapkan E-Parsel, Sistem Elektronik Parkir Cegah Kebocoran Retribusi

"Tidak hanya pengunjung dari Jawa Timur, dari luar Pulau Jawa bahkan luar negeri pun kerap memanfaatkan kesempatan untuk datang bersembahyang di kelenteng Kwan Im Kiong," sambung dia.

Kini, setelah adanya Jembatan Suramadu, kunjungan wisatawan, khususnya warga Tionghoa, ke kelenteng Kwan Im Kiong meningkat pesat.

Hampir setiap hari ada warga yang mampir ke Vihara Avalokitesvara di sekitar kawasan pantai wisata Talangsiring ini, baik sekadar melihat maupun khusus bersembahyang.

Jelang Tahun Baru Imlek, Klenteng Kwan Sing Bio Tuban Ramai Dikunjungi Masyarakat

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved