Banjir Terjang Jatim
Tinjau Banjir Madiun, Gubernur Khofifah Gendong Bayi Nafisa yang Kekurangan Popok dan Makanan
Tinjau Banjir Madiun, Gubernur Khofifah Gendong Bayi Nafisa yang Kekurangan Popok dan Makanan.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA.COM, MADIUN - Para pengungsi tampak memenuhi posko keselamatan di Kantor Pemerintahan Kabupaten Madiun di Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Kamis (7/3/2019) pagi.
Salah satu dari pengungsi itu adalah bayi Nafisa.
Bayi berusia 3,5 bulan itu sudah semalam mengungsi bersama ibunya, lantaran rumahnya berendam banjir setinggi lutur orang dewasa.
Bayi itu menjadi perhatian Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang datang meninjau lokasi banjir.
Orang nomor satu di Provinsi Jatim itu menyapa para pengungsi sekaligus untuk memberikan bantuan.
Dalam kesempatan itu, Khofifah juga menggendong Nafisa, seraya bertanya kepada ibu bayi dan korban banjir Madiun lainnya yang ada di posko pengungsian.
• Jalan Tol Madiun Kebanjiran, Dirut PT JNK: Hanya Kendaraan Besar yang Bisa Lewat
• Banjir Madiun - Jalan Raya Madiun-Surabaya Sepanjang 1 Kilometer Hingga Hari ini Masih Tergenang Air
• Pelaku Pembuangan Bayi di Daerah Makam di Sumenep Terungkap, Ternyata Ibu Kandungnya Sendiri
• 1282 Keluarga Jadi Korban Banjir Trenggalek, Tiga Kelurahan ini Paling Parah Diterjang Banjir
• Saluran Air Meluap, Tujuh Ruas Jalan Penting ini di Kota Blitar Langsung Tergenang
• Banjir Tenggelamkan Tol Madiun, Polda Jatim Terapkan Sistem Rekayasa Lalin Contra Flow
"Sudah berapa lama mengungsi di sini," tanya Khofifah, kepada Kanti Lestari, ibu bayi Nafisa sembari menggendong bayi perempuan tersebut.
"Apa yang masih dibutuhkan di posko kesehatan ini," ucap Khofifah pada para pengungsi lain.
"Sehat ya Nak, yang sabar ya Nak," kata Khofifah pada bayi Nafisa.
Kanti Lestari dan bayi Nafisa adalah bagian dari puluhan keluarga yang juga mengungsi akibat banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Madiun sejak tiga hari belakangan.
Puncaknya semalam air meluap dan merendam setidaknya 39 desa di delapan kecamatan di Kabupaten Madiun.
"Di kampung saya, banjirnya masuk rumah, tingginya air sudah selutut. Makanya tadi saya dibantu naik perahu mengungsi ke sini," ucap Kanti, warga Desa Waru Rejo ini.

Ia mengatakan, banjir ini merupakan bencana yang sudah sempat terjadi sepuluh tahun yang lalu. Tepatnya di tahun 2009.
Menurut Kanti di tempat pengungsian ini masih minim untuk kebutuhan makanan bayi dan juga popok.
Padahal hal tersebut menjadi kebutuhan penting untuk bertahan di lingkungan bencana seperti ini.
"Yang belum tersedia makanan bayi, sama popok," katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh Karman. Warga Desa Siaga Kecamatan Balerejo ini mengatakan bahwa kini air sudah mulai surut.
Dini hari tadi ketinggian air mencapai dada orang dewasa.
Namun saat ini sudah menurun hingga pinggang orang dewasa.
Sehingga untuk mobilitas, warga masih harus menggunakan perahu dengan dibantu para petugas.
"Kami berharap banjir bisa segera tertangani dan tahun depan tidak terulang. Dan kami berharap bantuan bisa segera terdistribusikan. Terutama makanan dan air bersih, yang pakai sanyo airnya mati semua," tandas Karman.

Sebelumnya, begitu tahu bahwa Kabupaten Madiun dan wilayah Jatim lainnya diterjang banjir, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa langsung cepat bergerak.
Ia mengatakan, pihaknya sudah melakukan monitor kondisi banjir akibat luapan sungai yang merendam sejumlah desa.
Untuk itu, Rabu (6/3/2019) malam, ia berencana untuk melakukan sidak ke lokasi banjir guna memastikan bahwa langkah penangananan bencana di Madiun sudah berjalan optimal.
"Nanti malam saya kesana. Saya sudah monitor sejak subuh tadi. Kan banjirnya mulai setengah 3 pagi tuh mulai tingginya. Dari pagi saya sudah cek kondisi dapur umum, kondisi lapangan, jam 9 saya cek, jam 11 saya cek lagi, insyalllah nanti malam saya ke Madiun," tandas Khofifah, Rabu (6/3/2019).
Sebagaimana diberitakan, sebelumnya banjir di Madiun disebabkan oleh luapan anak sungai Bengawan Madiun yang akhirnya membuat sejumlah desa terendam dan melumpuhkan jalan.
Menurut Khofifah, di Jatim bencana paling tinggi adalah banjir. Yang terdeteksi di Sungai Bengawan Solo, Brantas, Kemuning, yang jika meluap akan menyebabkan banjir.
"Sungai-sungai imi adalah sebagian besar sungai nasional. Kecuali Sungai Kemuning si Sampang," katanya.

Untuk sungai Brantas dan Bengawan Solo, lanjutnya Khofifah memang butuh ada langkah antisipasi agar banjir tidak berkelanjutan. Yaitu dengan cara membuat sudetan sungai.
"Sudetan, harus dibuat sudetan. Di Sungai Brantas itu kurang tiga sudetan," jelas Gubernur perempuan pertama di Jatim ini.
Dengan adanya sudetan, memungkinkan agar aliran sungai dipecah, sehingga bisa dialirkan ke arah lain sehingga debit air tidak menumpuk dan membuat sungai meluap.
Sedangkan untuk sungai Kemuning di Sampang, Khofifah mengatakan bahwa saat ini sudah dicicil melakukan ansitilapasi pengerukan, penyiapan lempeng dasar sungai, dan diharapkan bisa mengurangi kemunhkinan banjir di tengah kota Kabupaten Sampang.
Lebih lanjut saat ini Khofifah tengah melakukan antisipasi bencana yang ada di Jatim termasuk banjir. Yaitu dengan bekerjasama dengan provider seluler.
"Saya sudah koordinasi dengan provider, agar bisa memberikan peringatan digital yang masuk ke masing-masing handphone masyarakat di sekitar titik bencana. Misalnya ketinggian sungai di titik itu berapa sehingga warga bisa siap-siap evakuasi atau antisipasi. Sesungguhnya hari kini kita sudah harus punya sistem seperti itu," tandas Khofifah.
• Kasmaran Dengan Pria Selingkuhannya, Wanita Ini Tega Bunuh Suaminya Sendiri Dengan Jamu Oplosan
• Purnatugas Gubernur Jatim, Pakde Karwo Ngajar di Pascasarjana FEB Unair, Bikin Mahasiswa Asing Kagum
• Prabowo Disambut Ribuan Santri di Madura, La Nyalla Sebut itu Warga Didatangkan dari Daerah Lain
• Sapi Senilai Rp 70 juta Hilang Dari Kandang, Drone dan Anjing Pelacak Bikin si Pencuri Tak Berkutik
• Istri Menolak Diajak Hubungan Badan Usai Pulang Kerja, Suami ini Melampiaskan Lewat Senjata Tajam