Berita Surabaya
Hanya Bermodal Rp 50 Ribu, Sambal Dede Satoe Susilaningsih Tembus Pasar Amerika & Banjir Penghargaan
Hanya Bermodal Rp 50 Ribu, Sambal Dede Satoe Produksi Susilaningsih Tembus Pasar Amerika dan Banjir Penghargaan.
Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Mujib Anwar
Tahun 2013 lalu dia sempat menjadi juara Pahlawan Ekonomi, dan mendaptkan hadiah pembinan Rp 30 juta rupiah.
"Setiap masukan yang saya terima, saya pertimbangkan, lakukan perbaikan. Begitu terus, sampai ini saya punya tempat produksi yang steril seperti saat ini juga karena untuk meningkatkan kualitas," katanya, sambil menunjukkan ruang produksi sambal DD1.
Seiring bertambahnya permintaan, kesuksesan Susilaningsih pun bertambah. Tak hanya sambal sehat tanpa MSG yang laris manis di pasaran, tapi juga penghargaan demi penghargaan yang dia dapatkan.
Bukan untuk menyombong lanjutnya, penghargaan-penghargaan itu adalah bagian dari bukti usaha keras dan fokus.
Bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk para karyawan yang membantu, Pemerintah Kota Surabaya yang mendukung, serta pihak-pihak yang memberi Susi bantuan untuk bisa bertahan.
Terus meningkatkan kualitas produknya, Susilaningsih bahkan memperoleh penghargaan ISO tahun 2016 dan HACCP di tahun berikutnya 2017.
Tujuh tahun berjalan, tak terhitung lagi penghargaan yang Susi dan Sambal DD 1 peroleh.
Baru saja, pada 2018 lalu Susi mengoleksi SMESCO Award kategori Export Oriented dan Siddhakarya peringkat pertama tingkat Jawa Timur.
Bahkan pada Maret 2019 ini, Susi dan Sambal DD1 miliknya akan mendapatkan penghargaan Siddhakarya tingkat nasional, karena sudah masuk nominasi 6 besar.
Selain sudah diakui kualitasnya secana nasional, Sambal DD 1 bahkan sudah ekspor ke Virginia, Amerika Serikat sejak 2016 hingga saat ini.
Susilaningsih mengatakan, dirinya berani memenuhi permintaan ekspor, karena sambal buatannya memang berkualitas.
"Kami senang sekali, meski sampai saat ini masih dua macam sambal yang ekspor, tapi itu kebanggan tersendiri. Sesuai cita-cita saya, bermanfaat untuk orang lain, hasil bisa dinikmati orang lain juga. Tapi sebenarnya saya nggak ngoyo semuanya saya lakukan bertahap," tegasnya, bersemangat.
Kini Susilaningsih bisa memproduksi sambal dengan bahan baku mencapai 65 kilogram cabai rawit, atau 150 kilogram campuran sambal (cabe rawit serta bahan-bahan lainnya) setiap harinya.
Tak hanya memenuhi pasar swalayan modern, dan ekspor, Susi juga melayani pembelian sambal secara online.
"Sampai sekarang saya terus berlajar meningkatkan kualitas sambal DD1. Ada permintaan baru dari Amerika, agar sambal lebih tahan lebih dari tujuh hari, saya sedang coba menggunakan botol kaca. Semuanya proses," kata perempuan yang suka tantangan baru ini, sambil menunjukkan sambal di dalam kemasan yang sedikit berbeda.