Kisah Nenek Madura Sebatang Kara, Hidup di Pinggir Jalan Kais Rejeki Jual Sapu Lidi Rp 1 Ribu Sehari
Kisah Nenek Madura yang Sebatang Kara, Hidup di Pinggir Jalan Mengais Rejeki dari Jual Sapu Lidi Rp 1 Ribu Sehari
Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Mujib Anwar
Nenek yang lahir sebelum kemerdekaan Indonesia ini mengaku setiap hari menjual sapu lidi untuk memenuhi kebutuhannya.
"Sapu lidi ini dijual harganya Rp 1 ribu rupiah, setiap hari hanya bisa membuat satu sapu lidi. Setiap lima hari saya dapat Rp 5 ribu dan dijual buat beli beras," kata nenek Dayyara.
Wakil Bupati Sumenep Achmad Fauzi kemudian hadir memberikan bantuan sembako, berupa beras dan mie. Minggu (22/12/2019).
"Melihat kondisi nenek Dayyara ini kami tak mau tinggal diam, ini menjadi tugas kita semua dan bukan hanya Pemerintah saja.
Siapapun profesinya harus memiliki rasa kepedulian," kata Achmad Fauzi pada TribunMadura.com.
Kehadiran bakal calon Bupati Sumenep 2020 ini tak hanya cukup dari Pemerintah, namun secara pribadi hati dan perasaan Achmad Fauzi benar - benar tersentuh melihatnya.
Sebab katanya, nenek Dayyara yang sudah berusia lanjut ini sulit hidup dengan serba sulit sebatangkara.
"Ini kategorinya masuk orang tua terlantar, karena tidak punya siapa - siapa.
Dan mencari nafkahnya sendiri, gimana jika kondisinya waktu sakit," katanya.
Achmad Fauzi menyatakan, jika hal ini menjadi PR Pemerintah kedepan bagaimana ada program khusus untuk menuntaskan kemiskinan.
"Ini menjadi menjadi PR kita kedepan, bagaimana ada prògram khusus siapapun Bupati Sumenep yamg terpilih nanti," katanya.
Bantuan yang diberikan pada nenek Dayyara ini katanya, tidak hanya sekali saja.
Namun akan dikontrol setiap bulan sekali oleh Achmad Fauzi.
"Sering saya temukan orang tua terlantar saat turun ke desa - desa, dan pemerintah memang harus turun langsung kebawah.
Setelah melihat kondisi seperti ini kita tidak beri bantuan sekaligus, paling tidak setiap bulan nanti," katanya.