Kisah Tegar Bocah Piatu Surabaya Rawat Ayahnya Idap Stroke, Tetap Semangat Sekolah, Simak Hidupnya
Ketegaran bocah kelas 6 SD bernama Ridho ini memang patut diacungi jempol. Dirinya merawat ayahnya yang tengah sakit stroke.
Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Sudarma Adi
Kisah Tegar Bocah Piatu Surabaya Rawat Ayahnya Idap Stroke, Tetap Semangat Sekolah, Simak Hidupnya
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Ketegaran bocah kelas 6 SD bernama Ridho ini memang patut diacungi jempol.
Di usianya yang masih belia, dirinya merawat ayahnya yang tengah sakit stroke.
Mereka tinggal berdua di kawasan Nambangan Perak Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak Surabaya. Sementara sang ibu telah lama meninggal lantaran penyakit kanker payudara.
• RSUD Dr Soetomo Surabaya Disebut sedang Merawat Pasien Korban Virus Corona, Dirut Beri Reaksi Begini
• ASN Pamekasan Ngantor Pakai Baju Adat Madura, Wabup Pamekasan Sebut Cerminan Merawat Keutuhan Budaya
• KH Maimun Zubair Meninggal Dunia, PWNU Jatim: Dokter Terawan Ikut Merawat Mbah Moen di Tanah Suci
Rumahnya tepat berada di ujung pemukiman warga di kampung yang berada di pesisir pantai utara Surabaya.
Dia yang masih duduk di bangku SD, wajahnya tak menampakkan kesedihan sedikitpun.
Ayahnya yang bernama Supriyadi itu selama dua bulan terakhir mengalami sakit stroke hingga tidak bisa beraktivitas normal seperti sebelumnya. Meskipun harus merawat ayahnya, dia tetap semangat bersekolah.
"Sekolah di madrasah, enggak terganggu (sekolah)," katanya saat ditemui di rumahnya.
Ridho memang sempat hampir sebulan lamanya tak bersekolah lantaran harus merawat sang ayah saat pertama kali jatuh sakit.
Namun, kini dia mulai kembali bersekolah.
Saat bersekolah, Ridho terpaksa meninggalkan sang ayah sendirian di rumahnya.
Menurut sang ayah, Supriyadi, ketika Ridho bersekolah dirinya beraktivitas seorang diri.
Sebelum sakit, Supriyadi bekerja sebagai kuli bangunan. Praktis ketika dirinya jatuh sakit, ekonomi keluarganya terganggu. Untuk makan misalnya, dia mengandalkan kiriman makanan dari familinya serta orang yang iba kepadanya.
"Masak nunggu orang terus, saya gak enak," keluhnya.
Penulis : Yusron Naufal Putra
Editor : Sudarma Adi