Virus Corona di Surabaya

Pemkot Temukan 16 Klaster Penyebaran Covid-19 di Surabaya, Risma Siap Tracing secara Menyeluruh

Ada 16 klaster penyebaran virus corona atau Covid-19 yang hingga kini terlacak di Kota Surabaya.

Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/YUSRON NAUFAL PUTRA
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini saat ditemui di Balai Kota Surabaya, Minggu (10/5/2020). 

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengatakan, ada 16 klaster penyebaran virus corona atau Covid-19 di Kota Surabaya.

Tri Rismaharini menyebut, 16 klaster penyebaran Covid-19 di Kota Surabaya di antaranya, klaster luar negeri, klaster Jakarta, dan klaster rumah ibadah.

Karenanya, Tri Rismaharini bertekad melakukan tracing guna memutus rantai persebaran Covid-19.

Kerumunan Anak Muda di Kafe dan Warung Kopi Dihentikan Paksa, Langgar Aturan Penerapan Jam Malam

Mayat Berompi Juru Parkir Mengambang di Sungai Kalimas Surabaya, Polisi Ungkap Identitas Korban

Pegawai Lanjut Usia Pengadilan Negeri Surabaya Dirumahkan, Tetap Dapat Gaji pada Masa Pandemi

"Ada enam belas klaster," kata Tri Rismaharini di Balai Kota Surabaya, Minggu (10/5/2020).

Dari klaster-klaster yang ada itu, dilakukan tracing atau pelacakan secara menyeluruh.

Biasanya, pola yang digunakan adalah dengan melacak satu persatu.

Setiap orang akan ditanya riwayat ke mana dan beremu dengan siapa saja.

Dari pelacakan yang dilakukan, terdapat sekitar 4818 orang dalam risiko.

Dari jumlah itu, ada yang berstatus ODP, PDP, OTG serta konfirmasi positif Covid-19.

Semua itu bergantung salah satunya dari gejala yang muncul.

Akhir Tragis Cekcok Rumah Tangga di Malang, Suami Meninggal Dunia, Istri Kritis di Rumah Sakit

Hotel di Kediri ini Nekat Terima Tamu Pasangan Bukan Suami Istri saat Ramadan, Didatangi Satpol PP

Dari hasil yang dimuat di laman lawancovid-19.surabaya.go.id, sebanyak 2958 ODP, 1540 PDP, 971 OTG dan 667 positif.

Dari ODP yang sembuh berjumlah 2918 sedangkan yang sembuh dari positif berjumlah 100 orang. Hal itu berdasarkan data per 9 Mei 2020.

"Kalau ada gejala berat dia masuk PDP, kalau ada gejala ringan dia masuk ODP, kalau gak ada gejala dia masuk OTG. Ini ditelusuri," ungkap Risma.

Risma tak memungkiri, pada awal-awal pihaknya sempat kesulitan alat.

Sehingga sedikit terkendala untuk memisahkan mereka agar memutus mata rantai penyebaran virus corona itu.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved