Berita Tulungagung

Ribuan Ikan Hias di Tulungagung Mati Akibat Cuaca Ekstrem, Peternak Alami Kerugian Jutaan Rupiah

Peternak ikan hias di Kabupaten Tulungagung merugi karena ribuan ikannya mati dalam beberapa hari terakhir.

Penulis: David Yohanes | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/DAVID YOHANES
Peternak ikan hias di Kabupaten Tulungagung Kristiyono (58) mengambil ikannya yang mati, Kamis (4/6/2020) 

TRIBUNMADURA.COM, TULUNGAGUNG - Kristiyono (58), terpaksa mengambil ikan-ikan yang mati di kolam yang ada di belakang rumahnya.

Ikan koki kaleko miliknya ini kemudian dibuang ke sebuah kolam berisi lele agar dimakan.

Peternak ikan hias di Kabupaten Tulungagung ini mengaku, sudah ada sekitar 2500 ikan miliknya yang mati sejak tiga hari lalu.

Anggota DPRD Tulungagung Dilaporkan Satpol PP Tulungagung ke Polisi, Buntut Insiden di Pendopo

Mau Bawa Kabur Motor Curian, Dua Maling di Surabaya Tak Sadar Lewat Depan Korban dan Anggota Polisi

Waspada, Sejumlah Wilayah di Pamekasan Bakal Diguyur Hujan Deras Disertai Angin Kencang Pekan ini

Pintu Masuk Pasar Srimangunan Sampang Diperketat, Pengunjung Dilarang Masuk Jika Tak Pakai Masker

Pada Kamis (4/6/2020), Pak Iyis, panggilan akrabnya, sudah memungut 250 ikan koki kaleko yang mati.

“Pokoknya kalau kelihatan geraknya kurang lincah, terus mencari tempat yang teduh, itu tanda-tanda mau mati,” ujar Iyis.

Selama 24 tahun menjadi pembudidaya ikan hias, Iyis mengaku baru sekarang mengalami kematian dalam jumlah besar.

Ikan yang mati rata-rata berusia antara 5-6 bulan, dengan harga berkisar Rp 2500 per ekor.

Dengan demikian Iyis dalam beberapa hari saja mengalami kerugian Rp 6.000.000 lebih.

“Kalau ikan hias kan tidak dipatok masa panennya. Pokoknya kalau ingin jual berapa pun ukurannya, ada pembeli yang menerima,” sambung Iyis.

Sampai saat ini Iyis mengaku belum tahu sumber kematian ikan hias di kolam budidaya miliknya.

Namun ia menduga, ikan-ikan ini mati karena perubahan suhu yang mendadak.

Sebab saat siang cuaca panas, malamnya sangat dingin ditambah hujan yang tidak menentu.

“Tapi bisa juga karena kuman, karena kondisinya menular dari satu ikan ke ikan yang lain,” pungkas Iyis.

Menurut Penyuluh Dinas Perikanan Kabupaten Tulungagung, Sigit Yupurwo Athwy, perubahan cuaca memang menjadi momok bagi pembudidaya ikan.

Apalagi ikan koi, dan koki yang fisiknya lebih rentan, serta ikan konsumsi yang masih berupa benih, seperti gurami dan patin.

Cuaca yang tidak menentu membuat kualitas air di dalam kolam ikut terpengaruh.

“Perubahan cuaca memang sangat ekstrem saat ini, ditambah musim hujan yang belum berakhir,” terang Sigit.

Lanjut Sigit, idealnya suhu air di dalam kolam sekitar 27 derajat celcius dengan PH di angka 7.

Selain itu kolam harus dipastikan mendapat oksigen yang mencukupi.

Karena itu pemilik kolam harus mengatur pasokan air ke dalam kolam.

Sigit mencontohkan, saat malam hari tidak ada produksi oksigen.

Jika terjadi hujan maka PH akan naik dan otomatis mempengaruhi kondisi air kolam.

“PH air hujan itu kan tinggi, begitu masuk ke air kolam pasti PH-nya akan naik,” ujarnya.

Dari data yang ada di Dinas Perikanan, sudah ada 20 pembudidaya ikan yang melapor terdampak cuaca ekstrem ini.

Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung 3-4 bulan ke depan.

Karena itu para pembudidaya harus punya ketrampilan merekayasa kolam, untuk menjaga kualitas air di dalamnya.

“Harus pandai-pandai menyiasati agar kerugian tidak membesar,” pungkas Sigit. (David Yohanes)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved