Gerbang Keraton Parsanga Dirusak
Mengungkap Sejarah: Asal Usul Nama Desa Parsanga Sumenep, Berawal Dari 9 Sumur Buatan Sunan Paddusan
Parsanga merupakan sebuah Desa di Kecamatan Kota Sumenep, letaknya tak jauh dari alun-alun, sekitar dua kilometer ke arah timur utara.
Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Elma Gloria Stevani
Dari kebiasaan itu, ia mendapat julukan Sunan Paddusan atau orang yang ahli dalam memandikan warga yang akan masuk Islam.
Sumur buatan Sunan Paddusan masih dapat dikunjungi. Salah satunya, ada di Kampong Perrengtale, Desa Parsanga.
"Namun sayang, meski airnya bagus dan layak untuk dikonsumsi. Kondisinya sudah dipugar menggunakan beton dan ada tambahan mirip pilar sebagai penyangga alat mengerek air," tuturnya.
Selain itu, Sunan Lembayung Fadal ini memiliki 4 orang keturunan diantaranya ;
(1) Haji Utsman atau Sunan Manyoran Mandalika (Lombok) mempunyai keturunan Raden Bindara Dwiryapadha atau Sunan Paddusan di Parsanga. (Menjadi menantu Jokotole)– Makam Jokotole, ada di Kecamatan Manding.
(2) Usyman Haji yang mempunyai julukan Sunan Ngudung (Sunan Andung). Ia mempunyai putra Sunan Kudus (Sayyid Jakfar Shodik), Jawa Tengah, tergabung dalam Walisongo, yang lahir 9 September 1400M/ 808 Hijriah). Dan seorang putri, Siti Sujinah (Istri Sunan Muria).
Sunan Kudus mempunyai putra Sunan Pakaos. Sedangkan Sunan Pakaos sendiri juga mempunyai putra Syech Ahmad Baidawi yang mempunyai julukan Katandur. Saat ini, makamnya ada di Desa Bangkal, Sumenep.
Syech Ahmad Baidawi diperkirakan datang ke Sumenep, pada abat ke-17. Kala itu, pemerintahan dipimpin Pangeran Lor dan Pangeran Wetan, sekitar tahun 1550-an.
(3) Tumenggung Pulangjiwa dan dikenal Penembahan Blingi. Ia dikarunia dua keturunan, bernama Adipoday dan Adirasa.
(4) Nyi Ageng Tanda (Tondo). Ia kemudian menjadi istri Khalifah Husain atau Sunan Kertayasa di Sampang, Madura.
Sunan Lembayung Fadal diperkirakan satu zaman dengan Panembahan Joharsari yang berkuasa antara tahun 1319-1331 Masehi di Sumenep. Sunan ini, lebih awal dari Walisongo yang memasifkan gerakan dakwahnya pada abad ke 15-16 Masehi.
Generasi Penerus Kepemimpinan Desa Parsanga.
• Gaji Ke-13 PNS Cair pada Agustus 2020, Pencairan Gaji untuk ASN Pemprov Jatim Tunggu Juknis Resmi
Dengan bergulirnya zaman kala itu, dakwa Islam yang disebarkan oleh para tokoh agama, maka sekitar abad ke-17 datanglah Syech Ahmad Baidawi ke Sumenep.
Beliau ini yang mendapat julukan Pangeran Katandur dan memiliki 4 keturunan putra yaitu :
(1) K. Hotib Paddusan yang berada di Desa Parsanga, Kota Sumenep
(2) K. Hotib Paranggen yang berada di Desa Bangkal.
(3) K. Hotib Sendang, tempat dakwah dan meninggal di Sendang Pragaan (Pencipta musik Saronen).
(4) K. Hotib Rajul (Ragel/anak terakhir) berada di Pulau Kangean (tidak mempunyai keturunan).
Putra sulung Syech Ahmad Baidawi, yakni K. Hotib inilah yang juga disebut-sebut K. Hotib Paddusan. Sebab, dalam menyebarkan Islam di wilayah Parsanga, juga dengan cara dimandikan (Edudus) dan memanfaatkan air dari 9 sumur buatan Raden Bindara Dwiryapadha (Sunan Paddusan).
Baru sekitar abad ke–18, Parsanga dipecah menjadi 3 (tiga) desa, yaitu Parsanga, Bangkal dan Desa Kacongan.