Asmara Berdarah Dosen dan Mahasiswi, Lamaran Dosen Ditolak Calon Mertua, Pacar Disiksa Hingga Tewas
Gelap mata lamaran ditolak orangtua pacarnya, seorang dosen nekat menghabisi nyawa kekasih yang juga merupakan mahasiswinya.
"Sehingga terdakwa dan saksi korban bergeser kearah jendela pojok ruangan lalu terdakwa memegang bahu kanan korban sambil berkata "main di mana yuk".
"Saksi korban pun menolak," bebernya.
Terdakwa tetap berusaha menahan EP dengan memegang lengan kiri korban.
Lalu EP tetap berusaha untuk keluar ruangan namun terdakwa kembali memegang pipi kanan serta buah dada saksi korban EP.
Hal itu membuat EP kaget sambil berteriak "eh pak" lalu terdakwa tersenyum kembali.
Tak cukup di situ saja, EP dirangkul pinggangnya sembari ditepuk pantatnya oleh terdakwa.
"Saksi korban pun langsung keluar dan menghampiri rekannya yang tengah menunggu," sebut Jaksa.
Tak hanya itu, nilai mata kuliah yang diambil oleh saksi korban EP diberikan nilai E oleh terdakwa.
"Dari hasil observasi saksi ahli Psikolog saksi korban saksi korban mengalami keadaan tidak berdaya secara psikis," tandasnya.
Sementara itu Tim Penasihat Hukum terdakwa, Muhammad Suhendra menilai banyak kejanggalan atas keterangan saksi.
"Menurut kami, korban ini banyak kejanggalan seperti yang disampaikan di luar logika," ungkapnya.
Suhendra mengungkap sebenarnya EP bisa saja berteriak saat itu namun tidak dilakukannya.
"Kemudian ada kemampuan korban untuk membawa saksi lain saat menghadap terdakwa, dan terdakwa sering berkelakuan genit, dari keterangan tersebut harus dibuktikan" kata Suhendra.
"Jauh dari membuktikan bahwa terdakwa bersalah kami kuasa hukum akan membuktikan peristiwa ini ada atau tidak," tambahnya.
Suhendra mengungkapkan jika saksi berbohong karena tidak adanya tim pencari fakta.
"Apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa itu ada, dan terdakwa bilang tidak ada dan tak pernah dipanggil," sebutnya.
"Sedangkan hasil temuan fakta menyatakan telah melakukan pemanggilan dua kali kepada saksi korban dan saksi korban cenderung melakukan kebohongan"
"Bilangnya di Kotabumi tapi ternyata di Bandar Lampung itu yang akan menjadi bukti kami," pungkasnya.
(KOMPAS.com/Idham Khalid) (Sosok.id/Seto Ajinugroho)