Demo Pekerja Seni Surabaya
Isak Tangis Penyanyi di Surabaya, Rela Jual Cincin Kawin Demi Bisa Makan, ini Pintanya untuk Risma
Isak tangis mewarnai unjuk rasa yang digelar oleh Aliansi Pekerja Seni Surabaya di depan Balai Kota Surabaya, Rabu siang (12/8/2020).
Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Aqwamit Torik
Karena banyaknya agenda tersebut, lanjut Desi, ia sempat kewalahan menolak permintaan dari pelanggan.
Bukan karena tidak bisa, melainkan tidak sanggup menerima semuanya.
"Kami nyanyinya di hajatan dari panggung ke panggung," imbuhnya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Reza, penyanyi sekaligus ibu dua bayi itu mengaku, banyak sekali job permintaan yang mendadak dibatalkan oleh tuan rumah.
"Karena tuan rumah takut kena sanksi akibat mengadakan kegiatan mengundang keramaian.
Takut dipenjara.
Kondisi itu mulai terasa pada sekitar 6 bulan yang lalu," ujarnya.
Dengan kondisi itu, ia berusaha menjual barang berharga dan perhiasannya agar kebutuhan rumah tangganya terpenuhi.
Apalagi suaminya juga dirumahkan
Reza berharap, pemerintah bisa memberikan izin pelaksanaan kegiatan keramaian dalam bentuk seni dan hajatan.
"Tolong kasihani kami ibu.
Nasib kami tergantung dari kebijakan bu wali kota," pungkasnya.
Tuntutan pekerja seni
Ada dua tuntutan yang dibawa oleh massa dari aliansi pekerja seni Surabaya saat menggelar aksi di Balai Kota Surabaya, Rabu (12/8/2020). Yaitu, untuk mencabut dua Perwali serta memperbolehkan hajatan dan kesenian di Surabaya.
"Meminta sikap dengan tegas," kata perwakilan massa saat melakukan audiensi dengan perwakilan Pemkot Surabaya.