Berita Sampang
Penyebab Harga Cabai di Sampang Anjlok saat Puncak Musim Panen, Ada Pengaruh dari Kebutuhan Warga
Sejumlah petani cabai di Kabupaten Sampang mengeluhkan anjloknya harga komoditas.
Penulis: Hanggara Pratama | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Hanggara Pratama
TRIBUNMADURA.COM, SAMPANG - Petani cabai di Kabupaten Sampang mengeluhkan anjloknya harga komoditas.
Para petani mengeluhkan harga cabai yang anjlok pada puncak musim panen tahun ini.
Plt Kepala Disperdagprin Sampang, Abd Hannan mengatakan, anjloknya harga cabai disebabkan kebutuhan masyarakat.
• Truk Pengangkut Tembakau Jawa Diamankan Satpol PP di Tlanakan Pamekasan, Bawa 120 Karung Tembakau
• Penerapan Sanksi Denda Rp 100 Ribu Bagi Pelanggar Protokol Kesehatan di Kota Malang Dimulai Besok
• 3 Keluarga Korban Meninggal Dunia Akibat Covid-19 di Sampang Menolak Terima Uang Santunan Rp 15 Juta
Menurut Abd Hannan, kasus turunnya harga cabai sama persis dengan naiknya harga gula beberapa waktu yang lalu.
Ia mengatakan, alasan mahalnya harga gula beberapa waktu lalu karena sulitnya tebu di tengah kebutuhan masyarakat yang banyak.
"Sedangkan penyebab anjloknya harga cabai ini kebalikan dari mahalnya harga tebu kemarin," ujarnya kepada TribunMadura.com, Selasa (15/9/2020).
Maka dari itu, pihaknya menyarankan kepada para petani cabai rawit di Bumi Bahari untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dengan cara lebih cermat memilih tanaman pada setiap musimnya.
Sehingga, para petani tidak mengalami kerugian seperti yang terjadi pada sejumlah petani saat ini.
"Jadi para petani menyesuaikan, sekarang ini musim apa dan jika hendak menanam harus melihat jumlah kebutuhan masyarakat," terangnya.
Sementara, salah satu petani cabai rawit asal Dusun Ngorbungor Desa Tragih Kecamatan Robatal, Sampang Rahman (45) menyampaikan, cukup rugi dengan musim panen kali ini.
• Drama Pernikahan Dini Pasangan Remaja, Dipaksa Nikah karena Pulang Malam, Sempat Ditentang Keluarga
• Bupati Pamekasan Turun Langsung Cek Operasi Yustisi, Pelanggar Tak Pakai Masker Didenda Rp 20 Ribu
Mengapa tidak, biaya operasional dari mulai pembelian bibit hingga pemberian pupuk tidak sebanding dengan hasil yang didapat.
"Saat ini harga cabai perkilonya di pasaran hanya Rp 3 ribu sampai Rp. 5 ribu, sedangkan biaya penanaman saya dengan luas lahan satu hektar lebih mencapai sekitar, Rp 20 juta," keluhnya.
Dengan kondisi seperti itu, Rahman memilih memotong semua tanaman cabenya dan menggantinya dengan tanaman semangka.
"Mau gimana lagi, dari pada diteruskan malah semakin merugi," pungkasnya.