Berita Internasional

WHO Nilai Dunia Berada di Titik Kritis Pandemi Covid-19, Bagaimana Nasib Indonesia?

Sebab, pandemi virus corona sudah berjalan selama 10 bulan lebih dan belum ada tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat.

Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM/WILLY ABRAHAM
Petugas saat melakukan pemakaman pasien positif covid-19 di TPU Tlogopojok Gresik, Sabtu (26/9/2020). 

"Terutama di belahan bumi utara.

"Beberapa bulan ke depan akan menjadi sangat sulit dan beberapa negara berada di jalur yang berbahaya."

“Oleh karenanya, kami mendesak para pemimpin negara untuk segera mengambil tindakan."

"Ini berguna untuk mencegah kasus kematian yang tidak perlu lebih lanjut."

"Mereka juga meminta para pemimpin negara memikirkan layanan kesehatan di masing-masing negara dan menutup tempat-tempat yang membuat banyak kerumuman."

"Seperti sekolah dan tempat wisata."

Tedros mengatakan, sekarang terlalu banyak negara yang mengalami peningkatan eksponensial dalam infeksi.

Dan itu mengarah pada kondisi tersebut, yaitu ketika rumah sakit dan unit perawatan intensif penuh atau melebihi kapasitas.

Sehingga dia mengatakan negara-negara harus mengambil tindakan untuk membatasi penyebaran virus dengan cepat.

Ada beberapa saran yang diberikan oleh Tedros dan telah disetujui anggota WHO lainnya.

Seperti meningkatkan tingkat pengujian, melacak kontak orang-orang yang terinfeksi, dan mengisolasi mereka yang berisiko menyebarkan virus.

Menurut Tedros tiga langkah itu bisa dilakukan tanpa harus melakukan lockdown.

Sebab, banyak negara, seperti negara berkembang dan negara miskin, yang tidak bisa melakukan lockdown demi ekonomi.

Khusus untuk Indonesia, memang saat ini kondisi Indonesia termasuk berbahaya.

Rata-rata kasus harian di Indonesia mencapai angka 4.000 dan kini jumlah kasus positif mencapai 381.910 kasus serta 13.077 kasus kematian.

Akibatnya Indonesia menempati urutan ke-19 sebagai negara dengan kasus virus corona terbanyak di dunia.

Dan nomor 1 di Asia Tenggara.

Beberapa poin yang diperhatikan adalah rendahnya tingkat pengujian tes karena masih di bawah standar WHO.

Artikel ini telah tayang di Intisari

Sumber: Intisari
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved