Berita Pamekasan

Pegiat Lingkungan Madura Ajak Generasi Muda Aktif Jaga Kelestarian Alam, Jika Tidak Ini Risikonya

Ikatan Alumni Madrasah Aliyah Negeri Pecinta Alam Pamekasan mengajak pemuda peduli lingkungan melalui Talkshow Lingkungan.  

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN
Suasana saat para pegiat aktivis lingkungan Madura menggelar talkshow peduli lingkungan di Dass Kafe, Jalan Jokotole, Kabupaten Pamekasan, Sabtu (28/11/2020). 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Tepat di Hari Menanam Pohon Nasional (HMPI)  28 November 2020 kemarin, Ikatan Alumni Madrasah Aliyah Negeri Pecinta Alam (IKAMANPALA) Pamekasan mengajak pemuda peduli lingkungan melalui Talkshow Lingkungan.  

Acara  bertema 'Sisakan Alam Untuk  Anak Cucu  Kita' itu digelar di Dass Kafe, Jalan Jokotole, Pamekasan.

IKAMANPALA kalau itu menghadirkantiga narasumber dengan latar belakang berbeda.

Baca juga: BREAKING NEWS - Mengejutkan, Wali Kota Malang Sutiaji Umumkan Dirinya Positif Covid-19

Baca juga: 36 Siswa SMP di Surabaya Positif Covid-19, Pemkot Surabaya Fokus Tracing Kontak Erat

Baca juga: Gunung Semeru Meletus, Gubernur Khofifah Siapkan Pengungsian Darurat hingga Dapur Umum

Baca juga: Banjir Lahar Panas Gunung Semeru, Truk dan Alat Berat Penambang Pasir di Besuk Kobokan Terjebak

Suasana saat para pegiat aktivis lingkungan Madura menggelar talkshow peduli lingkungan di Dass Kafe, Jalan Jokotole, Pamekasan, Sabtu (28/11/2020).
Suasana saat para pegiat aktivis lingkungan Madura menggelar talkshow peduli lingkungan di Dass Kafe, Jalan Jokotole, Pamekasan, Sabtu (28/11/2020). (TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN)

Di antaranya, dari Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Sumenep, Dedy Wardana, Pegiat Lingkungan sekaligus Penggagas Ekowisata Mangrove Lembung, Pamekasan, Slaman, dan Gafur Abdullah, Jurnalis Mongabay Indonesia.

Koordinator Acara Talkshow Lingkungan, Sulaiman, mengatakan, melalui acara talkshow itu, IKAMANPALA ingin mengajak pemuda untuk lebih memiliki kepedulian terhadap lingkungan.  

"Selain sebagai ajang  silaturrahmi sesama alumni, ya lewat talkshow ini, kami ingin mengajak teman-teman sekalian untuk  bincang mengenai alam kita, dengan  harapan,  ini menjadi sarana bagi  kita  untuk lebih  peka  terhadap lingkungan," kata Sulaiman saat dikonfirmasi TribunMadura.com, Selasa (1/12/2020).

Menurut Sulaiman, hampir  setiap tahun bencana alam terjadi di Indonesia. 

Bencana itu disebabkan karena banyaknya  pohon  yang ditebang, hutan yang dirusak, mangrove  yang  tak  diperhatikan, bahkan nyaris dirusak dan buang sampah sembarangan.

"Mari kita bersama-sama peduli terhadap kondisi lingkungan kita," ajaknya.

Sementara itu, Staf Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Sumenep, Dedy Wardana mengatakan, pemerintah sudah banyak melakukan upaya agar alam Indonesia tetap baik.

Seperti halnya melakukan penyuluhan hingga ke pelosok desa untuk mensosialisasikan agar masyarakat ikut andil merawat alam.

"Penyuluhan sering kami lakukan, bahkan  kami sering menggandeng  pegiat  lingkungan," katanya.

Dedy juga mengaku, tahun lalu pihaknya pernah bersama MANPALA NAVIRI melakukan reboisasi.

Menurut dia, salah satu contoh bencana alam seperti terjadinya banjir di Pamekasan saat musim hujan, tidak lain disebabkan karena pepohonan di daerah yang berpotensi sebagai penyerap air hujan terus ditebang tanpa ditanami lagi.

"Jadi bukan hanya tugas pemerintah untuk menjaga lingkungan ini. Justru kita harus bersinergi antara satu dengan yang lainnya," ajaknya.

"Artinya, baik pemerintah maupun masyarakat secara umum memiliki tanggungjawab untuk peduli pada  lingkungan," sambungnya.

Sedangkan Penggagas Ekowisata Mangrove Lembung Pamekasan, Slaman mengatakan, mencintai lingkungan menjadi tugas semua individu, baik itu akan dilirik atau tidak oleh  pemerintah. 

"Kunci merawat lingkungan ya ikhlas dan sabar. Tak perlu nunggu program pemerintah untuk bergerak," ujarnya.

Kata Slaman, dalam aksi yang dilakukan oleh pegiat lingkungan ketika hendak merawat lingkungan, pasti ada yang mendukung dan ada yang justru meremehkan. 

Dia juga bercerita, sudah sekitar 34 tahun dirinya merawat pesisir Lembung dengan  cara merawat tanaman mangrovenya agar tetap tumbuh.

Baca juga: Diduga Ngantuk, Sopir Truk Asal Pasuruan Hantam Pantat Truk Parkir di Jalan KH Wahid Hasyim Sampang

Baca juga: Pemkab Sampang Ajukan Anggaran Rp500 M ke Pemerintah Pusat untuk Pembangunan Stadion Sepak Bola Baru

Baca juga: Muncul Klaster Perkantoran, BPBD Kabupaten Ponorogo Lakukan Penyemprotan Disinfektan di Sejumlah OPD

Baca juga: Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung: Temuan Kasus Baru HIV di Masa Pandemi Virus Corona Menurun

Perjalanan yang tidak sebentar itu, menurut Slaman tidak akan bertahan bila tidak ada generasi penerus.

Bahkan, sekarang hadirnya Hutan Mangrove Kembung sudah dinikmati banyak orang, berkat kerja ikhlas, sabar dan kerjasama yang baik dengan masyarakat sekitar. 

"Kami ini tidak akan selalu muda. Jadi dari waktu ke waktu, kami selalu berupaya menanamkan rasa cinta lingkungan kepada pemuda di Lembung juga kepada mereka yang berkunjung ke sana. Nah, merekalah  harapan untuk meneruskan perjuangan," harapnya.

Hal berbeda disampaikan oleh Jurnalis Mongabay Indonesia, Gafur Abdullah.

Menurut dia, memberikan pemahaman tentang lingkungan kepada generasi muda sangatlah penting.

Kata dia, banyak cara untuk merawat dan mengajak orang lain untuk mencintai lingkungan, baik secara langsung melalui aksi nyata di lapangan maupun lewat potensi yang dimiliki. 

"Jika  bisa  melakukan secara langsung silakan. Misal lewat kegiatan bersama komunitas dan membersamai pegiat lingkungan. Tetapi tetap dalam catatan,  sebenarnya menjaga lingkungan itu,  harus  dimulai dari personal," jelasnya.

Jika tidak bisa secara langsung, saran Gafur bisa juga menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan melalui media.

Apalagi era sekarang ini, kata dia hampir setiap individu yang memiliki smartphone pasti memiliki, mengenal, dan bisa menggunakan media  sosial. 

"Kampanye peduli lingkungan kan bisa juga  dilakukan lewat media  sosial yang kita miliki. Jadi tak harus  jadi pegiat lingkungan berlebel," sarannya.

"Secara personal pun bisa. Termasuk tidak  harua jadi wartawan untuk menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan. Ya, mau menyuarakan dengan menjadi  wartawan pun tak masalah," pesannya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved