Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
Kronologi Jatuhnya Sriwijaya Air: SJ 182 Take Off Pukul 14.36 WIB, Terbang Selama 4 Menit Lalu Jatuh
Air traffic controller (ATC) Bandara Soekarno-Hatta sempat memanggil pilot Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sebanyak 11 kali seelum kecelakaan terjadi.
Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNMADURA.COM - Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di laut pada Sabtu (9/1/2021) lalu.
Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan dugaan penyebab pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh.
Hal ini disampaikan Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR RI, Rabu (3/2/2021).
Dikutip Tribunnews dari Kompas.com, Soerjanto membantah soal kabar Sriwijaya Air SJ-182 pecah di udara.
Ia mengatakan kondisi badan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 masih utuh hingga membentur air.
• Jelang Valentine 14 Februari 2021, Serbu Promo Alfamart, Kit Kat Rp 23.500, Silver Queen Rp 21.900
• Terapis Wanita di Mojokerto Tewas Berlumuran Darah, Pembunuh Sadis Kabur dalam Kondisi Telanjang
• Ibu-ibu di Pasar Pecinan Kabupaten Bangkalan Berebut Masker dari Bupati RK Abdul Latif Amin Imron
• Pemerintah Kota Malang Tambah 4 RS Rujukan Covid-19, Total Jadi 11 Rumah Sakit
Pada hari jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182, Direktur Utama AirNav Indonesia, Pramintohadi Sukarno, mengungkapkan air traffic controller (ATC) Bandara Soekarno-Hatta sempat memanggil pilot sebanyak 11 kali sebelum kecelakaan terjadi.
Tak hanya itu, penerbangan lainnya, seperti Garuda Indonesia, juga mencoba berkomunikasi dengan SJ-182.
"ATC berusaha memanggil berulang kali sampai 11 kali, kemudian juga dibantu oleh beberapa penerbangan lain antara lain Garuda untuk mencoba melakukan komunikasi dengan SJ 182 namun tidak ada respons," ungkap Pramintohadi saat rapat bersama Komisi V DPR RI, Rabu (3/2/2021), dikutip Tribunnews dari Kompas.com.

Lebih lanjut, Pramintohadi membeberkan kronologi SJ-182 lepas landas hingga hilang dari radar dan akhirnya jatuh, sebagai berikut:
14.36 WIB - Sriwijaya Air SJ-192 lepas landas dari runway 25 Bandara Soekarno-Hatta untuk bertolak ke Bandara Supadio, Pontianak.
Pesawat lalu melewati ketinggian 1.700 kaki dan diinstruksikan naik ke ketinggian 29.000 kaki, mengikuti standar alur keberangkatan.
14.38 WIB - SJ-182 melewat ketinggian 7.900 kaki dan meminta arah 075 derajat pada ATC karena alasan cuaca.
ATC lalu menginstruksikan SJ-182 naik ke ketinggian 11.000 kaki karena pada ketinggian yang sama, ada pesawat Air Asia yang juga terbang menuju Pontianak.
14.39 WIB - Pesawat berada di ketinggian 10.600 kaki, lalu diinstruksikan agar naik ke ketinggian 13.000 kaki.
SJ-182 merespons instruksi tersebut.
Tiba-tiba pesawat terpantau belok ke arah kiri atau barat laut.
Padahal seharusnya pesawat belok ke kanan di posisi 075 derajat.
14.40 WIB - Pihak ATC mengonfirmasi arah Sriwijaya Air SJ-182 namun tak direspons.
SJ-182 hilang dari radar dan ATC mencoba memanggil pilot pesawat, kembali tak direspons.
Pesawat jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Body Pesawat Masih Utuh hingga Membentur Air

Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan dugaan penyebab pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh.
Hal ini disampaikan Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR RI, Rabu (3/2/2021).
Dilansir Kompas.com, Soerjanto membantah soal kabar Sriwijaya Air SJ-182 pecah di udara.
Ia mengatakan kondisi badan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 masih utuh hingga membentur air.
"Jadi ada yang mengatakan bahwa pesawat pecah di atas udara itu tidak benar."
"Jadi pesawat secara utuh sampai membentur air, tidak ada pecah di udara," bebernya.
Lebih lanjut, Soerjanto menerangkan alasan yang mendasari pernyataannya tersebut.
Berdasarkan data tim SAR gabungan, puing pesawat tersebar di wilayah sebesar 8 meter dan panjang 110 meter pada kedalaman 16 sampai 23 meter.
Puing-puing yang ditemukan mewakili seluruh bagian pesawat mulai depan hingga ke belakang.
Tak hanya itu, temuan pada turbin pesawat juga menunjukkan konsistensi mesin masih hidup sebelum membentur permukaan air.
"Luas sebaran yang ditemukan pesawat dari depan sampai belakang konsisten dengan bukti bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," jelas Soerjanto.
"Ini diindikasikan bahwa turbin-turbinnnya rontok semua, itu menandakan bahwa ketika mengalami impact dengan air mesin itu masih berputar," imbuh dia.
• Sanksi Pemecatan Secara Tak Hormat Menanti ASN Kabupaten Sampang yang Terlibat Organisasi Terlarang
• Ponorogo Masuk Zona Oranye Covid-19, Bupati Ipong: Kesadaran Masyarakat Patuhi Protokol Kesehatan
• Sebut Wirda Mansur Wanita Baik dan Berpendidikan, Hasan Ali Jaber Setuju Dijodohkan: Ga Terburu-buru
• Akhirnya Rizky Billar Bongkar Isi Hati, Soal Perasaan pada Lesty Kejora, Si Pedangdut Salah Tingkah

Selain temuan pada turbin, temuan awal data automatic dependent surveillance broadcast (ADS-B) juga masih merekam data pesawat saat berada di ketinggian 250 kaki dari permukaan laut.
Hal tersebut mengindikasikan pesawat masih berfungsi sebelum akhirnya membentur air.
"Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data."
"Kondisi tersebut menunjukkan bahwa mesin masih dalam kondisi hidup atau menyala sampai sebelum pesawat membentur air," beber Soerjanto.
• Sudah Urus Surat Nikah, Umi Kalsum-Ayu Ting Ting Hapus Foto Bareng Adit Jayusman, Pernikahan Batal?
• Jajaran Korem 084 Bhaskara Jaya Kunjungi Pamekasan, Pantau Langsung Penerapan Protokol Kesehatan
• Terjawab Sudah Penyebab Sriwijaya Air SJ-182 Jatuh Bukan karena Meledak, KNKT: Utuh saat Tabrak Air
• Kapolsek Tanjung Bumi AKP Puji Purnama Wafat, Kapolres Bangkalan: Disiplin Beliau Patut Ditauladani
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul KRONOLOGI LENGKAP Sriwijaya Air SJ-182 Jatuh, Sempat Dipanggil 11 Kali, tapi Tak Respons