Ghosting
Ghosting itu Wajar? Begini Penjelasan Psikolog Soal Kata Ghosting yang Sedang Populer
Biasanya, ghosting disebutkan untuk seseorang yang sedang menjalin hubungan, namun salah satu pihak malah menghilang.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Aqwamit Torik
Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM , SURABAYA – Baru-baru ini kata ghosting menjadi populer dan viral.
Kata ghosting menjadi tren di media sosial yang berarti pemutusan komunikasi tanpa ada pemberitahuan
Biasanya, ghosting disebutkan untuk seseorang yang sedang menjalin hubungan, namun salah satu pihak malah menghilang.
Menurut dosen Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Ilham Nur Alfian MPsi secara psikologis feomena ghosting ini adalah hal yang wajar dalam komunikasi di sebuah relasi.
Baginya, fenomena tersebut telah ada bahkan sebelum adanya pola komunikasi media sosial.
Baca juga: Liverpool Terseok-Seok, Tapi Pemilik Liverpool Disebut Ogah Gelontor Uang untuk Transfer Pemain
Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta Terbaru pada Selasa 16 Maret 2021, Scorpio Bersikap Sedikit Kasar, Aries Egois
Baca juga: Keburukan Elsa, Sikap Al ke Andin yang Diperlakukan Nino, Simak Sinopsis Ikatan Cinta 16 Maret 2021
Perkembangan teknologi informasi memiliki pengaruh besar terhadap model-model media sosial dan fenomena ghosting apalagi dalam situasi pandemi.
“Jadi ada situasi memang ketika orang itu kemudian memutus hubungan atau komunikasi karena ada beberapa sebab.
Bisa jadi sebabnya itu salah satunya sudah nggak merasa nyaman lagi berkomunikasi atau menjalin hubungan dengan partnernya,” tutur dosen yang memiliki keahlian bidang asesmen komunitas dan analisis sosial tersebut.
Situasi pandemi, sambungnya, memiliki pengaruh tersendiri dalam pola komunikasi dengan adaptasi baru.
Permasalahan ghosting dapat muncul begitu saja dalam situasi ini.
Hal tersebut karena orang-orang merasa tidak ada sesuatu yang bervariasi dalam proses interaksi jika tidak dilakukan secara langsung.
Ilham menuturkan bahwa para korban ghosting sebenarnya akan lebih mudah beradaptasi.
Hanya saja perlu diwaspadai adanya kompensasi, jika pernah menjadi korban bisa jadi ada keinginan untuk menjadi pelaku.
“Mungkin itu tapi bukan karena trauma.