Berita Mojokerto
Sudah Punya 5 Cucu, Nenek Sutarwiyah Antusias Ikut Ujian Kejar Paket C di Mojokerto, Sempat Grogi
Nenek lima cucu di Kabupaten Mojokerto ini mengikuti ujian Paket C bersama 31 peserta lainnya.
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM, MOJOKERTO - Usia bukan halangan bagi Sutarwiyah (58) warga Desa Japanan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, untuk terus belajar menyelesaikan pendidikan.
Nenek lima cucu itu bahkan sangat antusias untuk menuntaskan pendidikan kesetaraan program sekolah Paket C Rombel Japanan, Kecamatan Kemlagi, yang diselenggarakan UPT SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) Kabupaten Mojokerto.
Kala itu, Sutarwiyah mengikuti ujian Paket C dengan mengenakan pakaian putih lengan panjang yang dipadu hijab warna merah motif bunga di ruangan Kelas VI, SDN 2 Japanan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Senin (5/4/2021).
Baca juga: Menpan Tjahjo Kumolo Ingatkan Sanksi Tegas ASN Nekat Mudik Lebaran: Peringatan sampai Potong Gaji
Baca juga: Mau Buang Sampah, Warga Trenggalek Kaget Ada Mayat Pria Tersangkut di Tepi Sungai dengan Bekas Luka
Dia tampak serius menatap sebuah lembar soal ujian mata pelajaran ekonomi.
Sesekali, ia terlihat merapikan kaca matanya sembari mengisi lembar jawaban.
Ia juga masih merasa canggung saat mengikuti ujian hari terakhir ini.
Apalagi, ia mengikuti ujian bersama 31 orang di dalam satu ruangan kelas.
Saat itu, Sutarwiyah kesulitan mengerjakan soal ujian mata pelajaran Bahasa Inggris.
"Kalau kendalanya ya karena sudah tua jadi kalau membaca banyak tulisan soal begini jadinya agak ribet begitu," ungkapnya saat ditemui di ruangan ujian.
Sutarwiyah mengaku termotivasi menuntaskan pendidikan kesetaraan program Kejar Paket C karena ingin mempunyai ijazah setara SMA.
Sebenarnya, dia sudah lulus pendidikan SMA Harapan di Kecamatan Dlanggu.
Baca juga: Faktor Lingkungan, Ratusan Siswa di Sumenep Putus Sekolah, Disdik Lakukan Langkah Persuasif
Baca juga: Gaet Wisatawan, Wisata Malang Halal Terus Dikembangkan, Upaya Pemkot dalam Pemulihan Ekonomi
Namun ijazah yang disimpan di rumahnya rusak tak tersisa dimakan rayap.
Ia tidak bisa memperbarui ijazah lantaran sekolah SMA tempat menimpa ilmu sudah sudah tutup, sekitar tahun 1997.
"Namanya juga orang desa ya kalau menaruh ijazah kan sembarangan di belakang rumah dimakan habis sama rayap, nah sekolah SMA itu tadi sudah bubar," terangnya.
Meski berbekal ijazah SMP, ia tetap berkarya dibagian Tata Usaha di salah satu sekolah swasta di Kecamatan Kemlagi.
Keinginannya kuat untuk meneruskan pendidikan dan kembali memperoleh ijazah SMA dan mengikuti pendidikan kesetaraan program sekolah Paket C selama tiga tahun ini.
"Ya senang saja bisa meneruskan sekolah dan mendapat ijazah lagi untuk berjaga-jaga sebagai persyaratan administrasi pemberkasan jika diperlukan dalam pekerjaan," jelasnya.
Baca juga: Taman di Surabaya Kembali Dibuka Segera, 9 Lokasi Ini Siap Dikunjungi pada Tahap Awal Pembukaan
Bagi dia, meski sebagian kaum perempuan, ibu rumah tangga yang sudah mempunyai tiga anak dan lima cucu tetap menjujung tinggi pendidikan yang sangat penting dalam menjalani kehidupan maupun secara sosial.
Apalagi, anak tertua yang berusia 31 tahun sudah bekerja menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).
Sehingga seakan membuatnya motivasi tersendiri untuk melanjutkan pendidikan dan memperoleh ijazah yang lebih tinggi setingkat sekolah SMA.
"Untuk melangkah ke depan kita perlu itu karena kalau sudah punya ijazah kita tidak lagi minder," ucap Sutarwiyah.
Peserta ujian paling muda adalah Angger Septyan (19) warga Desa Japanan yang secara konsisten mengikuti pendidikan kesetaraan program Kejar Paket C.
Sebelumnya, dia terpaksa putus sekolah kelas X di SMK Taman Siswa karena tidak memiliki biaya.
Setelah putus sekolah dia bekerja sebagai kuli bangunan untuk membantu orang tuanya.
"Memang dulu pernah sekolah di SMK Taman Siswa tapi kelas X tidak lagi melanjutkan karena tidak punya uang untuk bayar sekolah," terangnya.
Dia termotivasi meneruskan sekolah agar memperoleh ijazah setara SMA untuk melamar pekerjaan di pabrik.
Ia ingin mempunyai ijazah setara SMA untuk bekerja di pabrik bergaji layak sehingga dapat meningkatkan perekonomian keluarganya.
"Kalau punya ijazah setara SMA akan saya gunakan melamar pekerjaan di pabrik kan gajinya lumayan daripada kuli bangunan yang hasilnya nanti untuk membantu orang tua," kata Septyan.
Kepala SKB Kabupaten Mojokerto, Hatta Mustofa (42) menjelaskan mayoritas peserta ujian Kejar Paket C adalah orang tua di atas usia 21 tahun.
"Ada sebanyak 274 peserta yang mengikuti Ujian Pendidikan Kesetaraan Tingkat Tingkat Satuan Pendidikan (UPK) tahun 2020-2021," bebernya.
Menurut dia, ujian kejar Paket C dilakukan secara tatap muka lantaran lantaran mayoritas peserta orang tua yang kesulitan mengakses internet, tidak punya Handphone berbasis android dan Gaptek. Prosentase peserta ujian Kejar Paket C usia orang tua 80 persen sampai 90 persen.
"Rata-rata peserta ujian usia diatas 21 tahun ada juga berusia diatas 50 tahun karena tidak semuanya mumpuni
sehingga ujian dilaksanakan secara Luring atau tetap muka," jelasnya.
Sementara itu penyelenggaraan ujian bertempat di delapan lokasi yang tersebar di kecamatan di Kabupaten Mojokerto.
Di antaranya, SKB Kabupaten Mojokerto, Desa Pageruyung, Kecamatan Gedeg, Balai Desa Sooko, SDN Japanan 2 Kecamatan Kemlagi, MI di Mojojajar Kecamatan, Kemlagi.
Kemudian, Taman Wisata Abatani Kecamatan Dawarblandong, Balai desa Parengan Kecamatan Jetis, MI di Desa Pyungrejo Kecamatan Kutorejo dan MI Desa Mojorejo Kecamatan Pungging.
Setidaknya, ada sembilan mata pelajaran dalam ujian ini yaitu Bahasa Indonesia, PPKN, Matematika, Sejarah, Geografi, Bahasa Inggris, Ekonomi, Pendidikan Agama dan Sosiologi yang diselenggarakan selenggarakan selama empat hari sejak Jumat 2 April 2021.
Sedangkan, SKB Mojokerto menggunakan kurikulum K13 untuk pembelajaran non reguler sebanyak 15 Rombel yang
dibagi menjadi dua kelompok, yakni usia sekolah masuk setiap Senin- Jumat dan usia kerja atau orang tua pada Sabtu- Minggu malam.
Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan selama tiga tahun.
"Peserta UPK pada tahun ini gratis namun mulai tahun depan sesuai aturan yang dibiayai APBN maksimal umur 21 tahun," tandasnya. (don/ Mohammad Romadoni).