Berita Surabaya

Khawatir Tertular, Warga Protes Sekolah Jadi Tempat Isolasi Terpusat Pasien Covid-19 di Surabaya

Gelombang penolakan penggunaan sekolah menjadi tempat isolasi pasien Covid-19 dari warga di Surabaya.

Penulis: Bobby Koloway | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/HABIBUR ROHMAN
Warga Kelurahan Barata Jaya, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, menolak SDN Barata Jaya jadi tempat isolasi pasien Covid-19, Jumat (23/7/2021). 

Bagi warga di Kelurahan Gubeng, masyarakat bersama Pemerintah akhirnya sepakat menggunakan bangunan lain, yakni aset tak terpakai milik Pemkot di Jalan Nias.

"Kami akui, jalan depan SDN Gubeng memang sempit dan ada alternatif solusi tempat lain," ucap dia.

"Bahkan, Warga mau turun tangan membantu membersihkan gedung Pemkot yang tak terpakai ini," kata Dedi.

Sedangkan untuk Barata Jaya, pihaknya masih melakukan upaya persuasif kepada masyarakat.

"Misalnya, kalau nggak mau dengar suara ambulan, kami pastikan ambulan yang lewat kawasan ini akan mematikan sirine," ungkapnya.

"Apabila tak ingin melihat ada mobil ambulan karena kawatir imun turun, kami akan gunakan mobil operasional," katanya.

Selain itu, ia juga menyiapkan alternatif tempat lain. Selain kemudahan akses, gedung tersebut juga harus laik untuk perawatan pasien.

Pihaknya juga menegaskan bahwa masyarakat tak perlu khawatir tertular. "Terkait kekhawatiran penularan, WHO sudah menjelaskan penularan secara Airborne, apabila jarak dengan penderita hanya 1-2 meter," katanya.

"Sehingga, apabila warga sekitar tak masuk ke dalam sekolah maka tak mungkin bisa tertular. Tak perlu khawatir berlebihan," katanya.

Selain itu, dengan adanya tempat isolasi terpusat maka warga yang positif COVID-19 bisa dirawat dengan lebih baik. Mendapatkan makanan 3 kali sehari, obat-obatan, hingga mengantisipasi kemungkinan darurat.

"Tenaga medis akan merawat tiap hari. Kemudian akan diswab secara berkala sehingga apabila dinyatakan negatif boleh pulang," katanya.

Dengan mendukung keberadaan tempat isolasi terpusat, warga diharapkan bisa membantu pemerintah dalam menangani pandemi. Dalam keadaan darurat, warga lebih cepat tertangani.

"Sekarang RS penuh. Tempat isolasi, baik di Asrama Haji hingga RS lapangan juga penuh. Dengan adanya tempat isolasi terpusat di masing-masing kawasan maka akan sangat membantu pasien," katanya.

Hingga saat ini, sudah ada 138 Kelurahan di Surabaya yang telah memiliki tempat isolasi terpusat. Sebanyak 125 Kelurahan menggunakan gedung SD (1 milik swasta), 2 Kelurahan menggunakan gedung SMP, dan sisanya menggunakan bangunan aset milik Pemkot lainnya. (bob)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved