Berita Surabaya

Kisah Pilu Kakek Ramlan, 27 Tahun Jaga Perlintasan Kereta Api, Kini Kehilangan Mata Pencaharian

Di situ, merupakan perlintasan KA tanpa palang yang paling efektif. Karena menghubungkan pengendara dari arah Waru, Sidoarjo

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Samsul Arifin
TRIBUNMADURA.COM/LUHUR PAMBUDI
Ramlan Rusyanto (52) warga Gayungan, Surabaya 

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Ramlan Rusyanto (52) warga Gayungan, Surabaya ini, menjadi satu diantara empat orang penjaga pintu perlintasan kereta api (KA) tanpa palang di Jalan Kerto Menanggal Timur, Menanggal, Gayungan, Surabaya.

Di situ, merupakan perlintasan KA tanpa palang yang paling efektif. Karena menghubungkan pengendara dari arah Waru, Sidoarjo yang berniat menuju ke Bundaran Waru, melalui Jalan Raya A Yani, Surabaya.

Sayangnya, akses pintu perlintasan KA tersebut sudah ditutup oleh pihak KAI Daop 8, sejak 18 hari yang lalu.

Hal itu dilakukan, sejak adanya insiden sebuah mobil Suzuki Ertiga bernopol W-1636-SQ, berisi pasangan suami istri asal Sidoarjo, Reza Rahmat Azhari (32), dan Mega Restanto Putri (26) itu, disambar Kereta Api Diesel (KRD) 403 Jurusan Gubeng-Sidoarjo, Minggu (5/12/2021).

Kini, di perlintasan tersebut sudah terpasang sembilan tiang pancang setinggi 2,5 meter, di sisi timurnya, menutupi ruas lebar jalan yang terhubung di Jalan Kerto Menanggal Timur, Menanggal, Gayungan, Surabaya.

Sedangkan pada sisi baratnya, yang berbatasan dengan Jalan A Yani, belasan tiang pancang berukuran lebih kecil juga telah dipasang menyaru deretan besi pagar yang telah dibangun sepanjang jalan tersebut.

Penutupan pintu perlintasan KA tersebut, otomatis memutus penghasilan empat orang petugas swadaya yang secara bergantian menjaga pos perlintasan tersebut.

Ramlan Rusyanto salah satunya. Pintu perlintasan KA itu, telah menopang perekonomiannya hingga menghidupi dua anak, sejak tahun 1997.

Kakek lima cucu itu mengaku, sejak ditutupnya pintu perlintasan itu, membuat dirinya kehilangan mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya di rumah.

Baca juga: Viral Rekaman CCTV Seorang Ibu dan 2 Anaknya Berhasil Selamatkan Diri dari Maut di Rel Kereta Api

Biasanya, dalam satu hari, Ramlan mengaku bisa membawa pulang uang tidak lebih dari Rp250 ribu.

Jumlah itu diperolehnya dari uang recehan yang diterima dari para pengendara yang melintasi pintu perlintasan KA yang dijaganya.

Penghasilan harian tersebut, diperolehnya dari sekitar dua jam berjaga. Yakni pada pukul 15.30-16.45 WIB. Lalu, dilanjutkan pukul 18.00-19.15 WIB.

"Kalau beruntung dapat Rp250-200 ribu, pokoknya sekitar itu. Diatas Rp200 ribu, dibawah Rp250 ribu," ujarnya saat dihubungi TribunJatim.com, Rabu (22/12/2021).

Berdasarkan informasi yang dihimpunnya, penutupan pintu perlintasan KA tersebut bersifat sementara. 

Namun, Ramlan juga garuk-garuk kepala, jika melihat karakteristik bangunan pagar besi yang dibangun oleh pihak KAI Daop 8, yang bersifat permanen. 

Karena tiang pancang besi itu, seperti ditanam di dalam tanah, lalu dilakukan pengecoran hingga tidak mudah untuk mencabutnya secara sembarangan, apalagi dengan tenaga satu orang dewasa.

Setahu Ramlan, hingga saat ini, pihak RT, RW telah berkoordinasi dengan pihak kelurahan mengenai kepastian hukum penutupan pintu perlintasan itu.

Namun, seandainya memang penutupan pintu perlintasan KA di lokasi tersebut dipastikan secara permanen. Ramlan mengaku, hanya bisa pasrah.

Apalagi, pihak KAI diakuinya sejak beberapa tahun lalu mulai gencar menutup pintu perlintasan KA yang terbilang liar, di kawasan Kota Surabaya.

Diantaranya, yang diketahui Ramlan, penutupan perlintasan KA yang resmi di depan Gang Jalan Pabrik Kulit, Wonocolo, dan di kawasan Jetis, Wonokromo.

"Ya kalau tidak ya kita pasrah aja dengan keadaan. Kalau memang sudah waktunya begitu ya mau bagaimana lagi," ungkapnya.

Mengenai rencana mencari penghasilan dari cara lain. Warga asal Tuban itu, mengatakan, pihaknya masih bingung akan mencari pekerjaan seperti apa. 

Usianya yang terbilang senja, juga tidak bisa menekuni sembarang jenis pekerjaan, apalagi pada bidang yang terlalu banyak melibatkan fisik secara berlebih.

Jikalau memang harus membuka sebuah bisnis kecil-kecilan. Ramlan mengaku, tidak memiliki keterampilan dalam segi jual-beli atau berwiraswasta.

"Istilahnya pasrah, gitu aja. Bukan karena kita enggak mau ditolong, tapi kita sudah pasrah, tapi kalau ada penganjuran di mana, dari pihak kelurahan, cara mempekerjakan orang yang putus dari pekerjaannya. Kan menjadi angka pengangguran," jelasnya.

Kini, Ramlan mengaku masih menganggur. Belum ada ancang-ancang ke mana lagi, ia bakal menambatkan nasib perekonomian keluarga yang sedang bertumpu pada punggungnya.

Ia hanya bisa harap-harap cemas, menanti kepastian hasil koordinasi yang masih akan diupayakan oleh pihak terkait, mengenai nasib pos perlintasan KA tanpa palang, yang telah menghidupinya selama 24 tahun.

"Proses itu, bisa berhasil bisa tidak. Tergantung di instansi itu, kepolisian, dishub, dan PJKA," pungkasnya.

Sebelumnya, Manajer Humas PT KAI Daop 8 Surabaya Luqman Arif mengatakan, upaya tersebut merupakan bentuk antisipasi adanya insiden serupa kecelakaan lalu lintas di pintu perlintasan KA liar, tidak terjadi lagi.

Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan sejumlah stakeholder terkait dari dinas perhubungan, dan kepolisian, agar proses penutupan pintu perlintasan liar tersebut, dapat dilakukan secara permanen.

Penutupan pintu perlintasan rel KA di lokasi tersebut, menambah daftar jumlah pintu perlintasan rel KA liar di wilayah PT KAI DAOP 8 sepanjang tahun 2021, menjadi 19 titik.

"Idealnya seperti itu, kami koordinasi dengan pihak terkait soal hal tersebut, misal dengan dishub, kepolisian dan lainnya. Semoga bisa ditutup permanen demi keselamatan perjalanan KA dan pengguna jalan," ujarnya saat dihubungi TribunJatim.com, Minggu (5/12/2021).

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved