Berita Sumenep
Tak Kunjung Ditemui, Massa Aksi dari ARM Dorong Pagar Besi Kantor Bupati hingga Ambruk
Massa aksi meminta Bupati Sumenep dan atau yang mewakilinya segera keluar menemui peserta unjuk rasa di luar pagar besi kantor dinas
Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Samsul Arifin
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Ali Hafidz Syahbana
TRIBUNMADURA.COM, SUMENEP - Aksi unjuk rasa ratusan warga Desa Matanair, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Menggugat ARM) semakin memanas, Senin (17/1/2022).
Massa aksi meminta Bupati Sumenep dan atau yang mewakilinya segera keluar menemui peserta unjuk rasa di luar pagar besi kantor Bupati Sumenep.
Namun, aksi yang dimulai sejak pukul 10.30 - 11.27 WIB belum juga keluar memberikan jawaban soal realisasi putusan PTUN Surabaya dan MA untuk melantik saudara Ahmad Rasidi sebagai Kades Matanaair tersebut.
Massa aksi mulai terlihat emosi ketika tidak ada satupun pejabat Pemkab yang keluar menemui mereka. Hingga tidak dapat dibendung, dan akhirnya perserta merapatkan barisan didekat pintu.
Baca juga: Massa dari ARM Kembali Datangi Kantor Bupati Sumenep Gelar Aksi, Tuntut Kades Matanaair Dilantik
"Kenapa pak bupati tidak keluar temui kita? Para pejabat yang ada di dalam, kenapa tidak menemui kami? Jangan salahkan kami kalau kami yang akan memaksa masuk ke dalam," teriak korlap massa aksi, Moh. Witri dengan pengeras suara.
Massa pun perlahan merangsek mendekati pintu gerbang kantor pemkab tersebut, terlihat pagar besi itu didorong oleh ratusan massa.
Aparat kepolisian pun berusaha menahan, sehingga terjadi aksi saling dorong mendorong dalam dan luar. Tapi akhirnya pagar besi itu pun roboh. Dan sebagian massa pun berhamburan masuk.
"Makanya pak, mulai dari tadi kita minta kesepakatan. Tapi ditunggu tidak keluar temui kami," teriaknya.
Namun untungnya, emosi massa itu berhasil diredam dan korlap aksi meminta agar massa tenang dalam menyampaikan aspirasinya.
"Oke, tenang saudara-saudaraku. Kita ini masyarakat yang pintar dan terdidik. Kita sampaikan aspirasi kita dengan tertib. Pak Bupati, segera temui kami, agar kami tidak emosi," teriaknya dan sambil meminta massa mundur.
Terlihat, polisi merapatkan barisan untuk tidak memberikan izin massa aksi masuk ke dalam.
Dari pihak kepolisian memberikan perhatian untuk tidak anarkis dan melakukan kekerasan. Polisi yang memakai megapon itu mengancam akan menahan jika kekerasan terjadi dan akan melakukan pengamanan aksi.
"Massa aksi mundur, pak polisi mundur. Sudah tigakali pak kita disini tidak diberikan kejelasan. Ayo keluar yang ada di dalam temui kami," lanjutnya.
Hingga pukul 11.48 WIB belum ada Bupati dan yang mewakilinya temui massa aksi. Warga terlihat emosi dan tetap menyampaikan aspirasi.