Curhat Pedagang Tradisional Soal Harga Minyak Goreng, di Pasar Masih Tinggi Takut Pelanggan Lari
Pedagang pasar tradisional curhat harga minyak goreng murah hanya ada di toko ritel modern, sedangkan di pasar tradisional masih tinggi, bikin resah
Kebingungan itu, menurut dia, membuat pelanggan membeli dengan terpaksa, karena telah sampai di pasar.
Ia mengaku khawatir apabila hal itu berlanjut, akan membuat konsumennya beralih melakukan pembelian di tempat lain.
"Mereka tetap jadi beli, tapi terpaksa. Dikiranya pedagang di sini masih nglarangke (meninggikan harga-Red), padahal memang harga masih tinggi karena subsidi belum masuk," keluhnya.
Marni pun meminta pemerintah segera menerapkan kebijakan yang sama bagi pasar tradisional.
Hal itu agar tidak ada lagi ketimpangan harga antara toko retail dan pasar tradisional.
"Kalau (subsidi-Red) diturunkan, ya serentak, biar tidak bingung. Juga biar subsidi adil merata," ucapnya.
Senada diungkapkan Ahmad, pedagang lain di Pasar Peterongan Semarang.
Ia berujar, sejak diterapkannya subsidi harga minyak goreng Rp 14 ribu/liter sejak Rabu, harga di pasar tradisional masih stagnan di harga tinggi.
Menurutnya, harga minyak goreng saat ini berkisar antara Rp 17 ribu-Rp 21 ribu per liter.
"Harganya masih tinggi. Yang turun hanya ini (menunjuk satu merek), kemarin sampai Rp 20 ribu/liter sekarang Rp 17 ribu/liter. Lainnya biasa," jelasnya.
Tingginya harga minyak goreng tersebut, Ahmad menyatakan, membuat banyak pelanggannya mengeluh.
Ia berharap harga minyak goreng segera turun. "Belum ada subsidi (di pasar tradisional-Red). Mudah-mudahan harga cepat turun," tukasnya.
Kosong
Adapun, kebijakan minyak goreng satu harga Rp 14 ribu/liter di supermarket atau ritel modern sejak Rabu lalu membuat masyarakat terus mendatangi berbagai minimarket untuk mendapatkan komoditas itu dengan harga khusus tersebut.
Bahkan, serbuan mesyarakat membuat ketersediaan komoditas itu di miniarket menjadi kosong.