Sejarah
Tunggul Ametung Terima Karma dari Mertua Usai Bawa Lari Ken Dedes, Keris Ken Arok Penuhi Sumpah
Kisah Ken Dedes dan Ken Arok diceritakan sebagai awal mula berdirinya Kerajaan Singasari. Lalu, bagaimana dengan kisah Ken Dedes dan Tunggul Ametung?
Mpu Purwanatha menetap di Desa Panawijen (sekarang di sekitar Malang) di lereng Gunung Kawi dan menjadi wilayah Tumapel yang dipimpin oleh Tunggul Ametung selaku adipati (pejabat daerah setara camat).
Baca juga: Rahasia dari Tubuh Ken Dedes, Bikin Ken Arok Kalap, Rebut dari Tunggul Ametung Karena Ramalan
Tumapel saat itu termasuk wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri.
Ken Dedes meminta Tunggul Ametung menunggu ayahnya pulang, tapi hasratnya tidak terbendung dan Ken Dedes dibawa paksa ke Tumapel.
Ketika Mpu Purwanatha mengetahuinya, dikisahkan ia murka anaknya hilang dan tak ada satu pun orang yang memberitahu di mana putrinya berada.
Hal itu pun membuat Mpu Purwanatha mengucap kutukan.
“Semoga yang membawa lari anakku tidak akan selamat hidupnya. Semoga ia mati tertikam keris,” kutuk Mpu Purwanatha seperti yang dikutip dari Pararaton oleh Slamet Muljana melalui buku Menuju Puncak Kemegahan (2005).
Kepada penduduk desa, sang empu juga merapal mantra, “Semoga sumur-sumur di Panawijen kering dan sumber-sumber air tidak mengeluarkan air lagi sebagai hukuman karena mereka tidak memberi tahu akan keberadaan anakku.”
“Semoga anakku yang telah mempelajari karma amadangi tetap selamat dan mendapatkan kebahagiaan yang besar,” seru Mpu Puwanatha dalam murkanya.
Sumpah serapah itu jadi kenyataan. Tunggul Ametung mati ditusuk keris oleh Ken Arok, pengawalnya sendiri.
Tunggul Ametung hingga Ken Arok terpikat dengan dirinya, sosok Ken Dedes sendiri konon disebut sebagai titisan Batari Durga, eperti ditulis oleh sejarawan Peter Carey dan Vincent Houben dalam buku mereka "Perempuan-Perempuan Perkasa di Jawa Abad XVIII-XIX".
Disebutkan juga dalam kitab Pararaton jika wanita 'panas' seperti Ken Dedes adalah ardhanariswari, perempuan terpilih di antara kaum hawa dan seorang lelaki walaupun miskin atau rendah tingkat sosialnya, jika berhasil meminangnya maka bisa menjadi raja kondang, ditulis B.J.O. Schrieke (1957) dalam Indonesian Sociological Studies. Part 2. The Ruler and the Realm in Early Java. The Hague/Bandung: Van Hoeve, seperti dikutip dari "Perempuan-Perempuan Perkasa di Jawa Abad XVIII-XIX".
Ken Dedes ketika dinikahi Ken Arok, tengah mengandung anak Tunggul Ametung yang kemudian diberi nama Anusapati. Sosok ini pulalah yang pada akhirnya membunuh Ken Arok membalaskan dendam ayahnya.