Berita Lamongan
Desa Parengan Lamongan Diusulkan Jadi Desa Devisa, Ini Manfaat Bagi Para Pengrajin Tenun dan Songket
Desa Parengan Lamongan diusulkan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa menjadi Desa Devisa.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
“Kuota Provinsi Jawa Timur dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia sebanyak 15 desa, saat ini kami terus melakukan hunting dan identifikasi mana-mana saja desa yang memenuhi kriteria untuk masuk dalam kuota tersebut," tutur dia.
"Desa Parengan ini menurut saya sangat layak dan sudah diusulkan,” imbuhnya.
Lebih lanjut Gubernur Khofifah menjelaskan bahwa untuk dapat diusulkan menjadi desa devisa, sebuah desa harus memenuhi beberapa kualifikasi yang ditetapkan LPEI.
Kualifikasinya antara lainmemilki produk yang unik, produk mandiri, terdapat beberapa pengrajin dalam desa tersebut, dan pengrajinnya telah ada dalam satu asosiasi.
"Syaratnya, satu bahwa produknya unik kedua itu produk sendiri bukan menjual produknya jasa lain jasa devisa ketiga bahwa satu desa itu ada beberapa unit pengrajinnya yang keempat bahwa di desa itu unit pengrajin ini sudah terasosiasi dalam pengelompokan koperasi atau asosiasi," jelasnya.
Selain itu, Gubernur Khofifah juga mengungkapkan bahwa jika mendapatkan approval dari LPEI, maka berkesempatan Go Internasional melebarkan sayap market sampai mancanegara.
Karena bersamaan dengan berlangsungnya agenda G20 di Indonesia mulai Maret sampai akhir tahun maka akan banyak peluang pasar yang bisa didapatkan.
"Karena ini bisa langsung didisplay di G20, jadi yang sudah masuk kategori desa devisa kesempatan utamanya adalah produknya didisplay di dalam pertemuan pertemuan G20," ungkapnya. Kita harapkan akan menjadi pasar baru bagi seluruh pelaku pelaku industri kreatif termasuk tenun ikat," imbuhnya.
Dipaparkan Khofifah, beda dengan tenun ikat pada umumnya, tenun ikat Parengan memiliki ciri khas yaitu berbahan kain lebih halus dan tidak begitu tebal.
“Begitu juga dengan bahannya yang lebih lemas serta jatuh dan memberikan kesan dingin ketika dipakai. Ini menjadi nilai lebih yang dimiliki tenun ikat parengan,” tegasnya.
Khofifah pun mengagumi motif khas tenun ikat Parengan ini berupa 'gunungan' yang dibentuk menyerupai gapura. Motif tersebut melambangkan gunung mati di Lamongan yang dihidupkan kembali melalui tenun ikat Parengan.
“Proses produksinya pun masih dibuat secara tradisional oleh warga sekitar. Meski hanya diproduksi di Lamongan, tenun ikat Parengan dari butik Paradila sudah menembus pasar internasional. Diantaranya Somalia dan Timur Tengah. Tenun ikat Parengan ini memang hanya bisa ditemui di Lamongan,” jelas Khofifah.
Khofifah mengatakan bahwa di desa tersebut terdapat sebanyak 52 unit usaha tenun ikat dengan total pekerja mencapai 2.700 orang. Adapun kapasitas produksi per bulan mencapai 3.000 potong kain tenun dan 20.000 lembar sarung.
"Selama ini tenun ikat Lamongan ini telah melakukan ekspor sarung (sarung ikat) ke Somalia dan Timur Tengah melalui eksportir di Surabaya," ujarnya.
Nujum, istri dari Miftakhul Khoiri pemilik butik Paradila mengatakan bahwa ada 4 sampai 7 orang pekerja yang menenun di butik Paradila. Sementara yang lain tersebar di rumah masing-masing seluruh desa Parengan.