Ramadan 2022

Meski Awal Ramadan 2022 Pemerintah dan Muhammadiyah Berbeda, Hari Raya Idul Fitri Berpotensi Sama

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyinggung soal penentuan Hari Raya Idul Fitri dari Pemerintah dan Muhammadiyah.

Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/KUKUH KURNIAWAN
Jemaah Masjid Agung Jami, Kota Malang saat mengikuti Salat Idul Fitri 1442 H di Jalan Merdeka Utara, Kamis (13/5/2021). 

Amirsyah mengatakan, ibadah puasa dilakukan berdasarkan niat dan dijalankan sesuai syarat dan rukun.

Karena itu kata dia, masyarakat tak perlu khawatir soal lamanya puasa, apakah 29 atau 30 hari.

Menurut Amirsyah hal itu tak lantas membuat ibadah puasa tidak sah.

"(Puasa mereka) sah sesuai niat, syarat, dan rukunnya," ungkapnya.

Amirsyah juga menerangkan ibadah puasa 1 Ramadan sebenarnya berlaku sama bagi umat di seluruh dunia secara syari’.

Namun, penetapan tanggal dapat berbeda karena metodologi yang berbeda pula.

Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada pedoman hisab hakiki wujud al-hilal.

Rumusan tersebut menggarisbawahi bulan Ramadan dikatakan dimulai bila memenuhi sejumlah kriteria secara kumulatif.

Kriteria tersebut yakni terjadinya ijtima’ (konjungsi) sebelum matahari terbenam. Selain itu, piringan atas bulan terlihat berada di atas ufuk saat matahari terbenam.

Amirsyah mengatakan kriteria-kriteria itu telah terpenuhi pada Jumat (1/4/2022).

"Pertama, ijtima’ menjelang Ramadan 1443 H terjadi pada Jumat Pahing 29 Sya’ban 1443 H/1 April 2022 M pukul 13.27.13 WIB. Kedua, tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta +02o 18’12” (hilal sudah wujud)," kata Amirsyah.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti mengatakan, metode hisab Muhammadiyah dalam menentukan Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha, hingga waktu-waktu salat ini, sudah digunakan sejak lama, yakni sejak organisasi ini didirikan oleh KH Ahmad Dahlan.

"Jadi dalam kaitan ini sebenarnya bukan praktik baru di Muhammadiyah, karena Muhammadiyah berpendapat penetapan awal Ramadan dan akhir Ramadan serta Idul Adha merupakan satu rangkaian dalam ibadah," kata Mu'ti.

Dengan metode itu, kata dia, berapapun posisi hilal jika memang perhitungan sudah masuk maka dihitung sebagai bulan baru.

Hal itu jelas Mu'ti berdasarkan pada firman Allah di beberapa surat, seperti Surat Ar-Rahman maupun Surat Yunus.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved