Ramadan 2022
Bolehkah Penderita Diabetes Menjalani Puasa Ramadan? Dokter Berikan Saran Soal Ambang Batasnya
Pengidap diabetes harus terlebih dahulu membicarakan kondisinya pada dokter dan memiliki riwayat gula darah terkontrol baru dapat ikut berpuasa.
TRIBUNMADURA.COM - Bolehkah orang yang menderita diabetes menjalani puasa Ramadan?
Simak penjelasan dokter mengenai kondisi penyakit diabetes.
Seperti yang diketahui, diabetes atau penyakit gula merupakan penyakit kronis yang berlangsung jangka panjang.
Dalam kasusnya, diabetes ditandai dengan kadar gula darah (glukosa) yang meningkat hingga di atas ambang normal.
Dikutip dari laman resmi Undip, glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh.
Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita. Puasa diketahui memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh, termasuk bagi pengidap diabetes.
Baca juga: Tips Kesehatan bagi Penderita Diabetes yang Ingin Menjalankan Puasa, Simak Saran Dokter Berikut
Pengidap diabetes harus terlebih dahulu membicarakan kondisinya pada dokter dan memiliki riwayat gula darah terkontrol baru dapat ikut berpuasa.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Nasional Diponegoro Undip, dr. Maria Erika Pranasakti, Sp.PD mengatakan, penderita diabetes harus dapat mengklasifikasikan masuk dalam kategori pasien diabetes risiko sangat tinggi, tinggi, sedang atau rendah.
"Risiko tinggi adalah mereka yang pernah mengalami hipoglikemia yang berat dan penurunan gula darah dalam 3 bulan terakhir menjelang ramadahan ini, atau hipoglikemia berulang, perempuan yang sedang hamil, pasien-pasien cuci darah, mereka yang mengalami kegawatan yakni Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS) dalam tiga bulan terakhir. Mereka termasuk pasien yang memiliki risiko tinggi apabila berpuasa," kata dr. Maria.
Menurutnya, dimaksud dengan masuk kategori yang sedikit rendah di bawahnya, yaitu mereka yang mengalami hipoglikemia sedang, kategori gulanya 150 sampai 300 atau pasien diabetes yang tinggal sendiri dan tidak ada anggota keluarga yang menemani, pasien-pasien usia lanjut atau memiliki kormobit lain, misalnya pernah stroke, terkena serangan jantung masuk dalam risiko tinggi.
Sedangkan yang masuk risiko sedang itu diabetes yang terkendali dan yang rendah yang menggunakan salah satu macam obat saja.
"Biasanya pasien yang masuk kategori risiko sedang atau rendah masih aman tetapi mereka yang masuk risiko sangat tinggi dan tinggi harus mewaspadai beberapa hal. Ada tanda-tanda yang mereka harus pahami di dalam tubuh, kapan harus segera membatalkan puasa," katanya.
Ia mengatakan, bagi pasien-pasien yang akan melaksanakan ibadah puasa, harus mempersiapkan diri tidak di saat-saat akhir tetapi 1 atau 2 bulan sebelumnya atau sejak awal sehingga saat masuk bulan ramadan sudah tertata dengan baik.
Ketika puasa terjadi perubahan pola makan, biasanya 3 kali sehari menjadi 2 kali sehari (sahur dan berbuka).
Terdapat periode tidak makan sekitar 12 jam dan orang sering mengira bahwa dengan berpuasa gula darahnya akan rendah padahal tidak hanya itu, gula darah yang rendah atau hipoglikemia hanya salah satunya karena ada juga kondisi hiperglikemia atau gula darahnya justru malah naik.