Lifestyle

Bukan Sekadar Tren, Thrifting Jadi Penyelamat Dompet Anak Muda

Thrifting jadi pilihan anak muda untuk tetap stylish dan hemat di tengah ekonomi sulit. Bukan tren semata, tapi solusi cerdas berpenampilan.

Penulis: Maria Natalia Owa | Editor: Mujib Anwar
Kompas.com
PAKAIAN THRIFT - Pakaian thrift dan label harganya yang ramah di kantong dan sekarang makin digemari kaum untuk bisa tetap tampil stylish. 

Ringkasan Berita:
  • Saat kondisi ekonomi sulit dan harga barang terus melonjak, generasi muda cari cara agar tetap tampil modis tanpa menguras isi dompet.
  • Salah satu solusinya adalah thrifting, yakni membeli pakaian bekas layak pakai.
  • Aktivitas ini tak sekadar tren gaya hidup, tapi kebutuhan nyata bagi kaum muda yang ingin berhemat namun tetap tampil stylish.

TRIBUNMADURA.COM - Di tengah kondisi ekonomi yang cukup sulit dan harga barang yang terus melonjak, generasi muda berusaha mencari cara agar tetap bisa tampil modis tanpa harus menguras isi dompet. 

Salah satu solusi yang kini banyak dipilih adalah thrifting, atau membeli pakaian bekas layak pakai.

Aktivitas ini bukan lagi sekadar tren gaya hidup, melainkan kebutuhan nyata bagi banyak kalangan muda yang ingin berhemat namun tetap tampil stylish.

Aika (19), salah satu penggemar pakaian thrift, mengaku lebih sering berbelanja di toko barang bekas dibandingkan membeli produk baru di pusat perbelanjaan.

Menurutnya, kondisi ekonomi saat ini menuntut setiap orang untuk lebih cermat dalam mengatur pengeluaran, termasuk untuk kebutuhan fashion.

“Sekarang banyak baju baru cepat rusak, padahal harganya mahal. Kalau thrift, selain lebih murah, bahannya juga sering kali lebih bagus. Menurut aku, thrifting tuh in this economy is a must,” ujar Aika, di kawasan Depok Town Square, Jawa Barat, Senin (3/11/2025).

Baca juga: Sosok Fettum Muksin, Atlet Muda Sumenep Wakili Jawa Timur di POPNAS XVII 2025, Diharapkan Raih Emas

Lebih Baik dan Tahan Lama

Aika menilai, pakaian thrift kerap memiliki kualitas bahan yang justru lebih baik dan tahan lama dibandingkan dengan sebagian produk baru yang beredar di pasaran.

“Zaman sekarang tuh mau beli murah, tapi baru juga sayang, karena walaupun murah, walaupun ori dan murah tuh belum tentu kualitasnya bagus. Jadi kalau thrifting, barang dan bahannya lebih bagus, terus kualitasnya masih oke, harganya murah. Walaupun thrifting, I think it's more worth it to thrift daripada beli baru,” jelasnya.

Pendapat serupa disampaikan oleh Grace (18), mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) yang juga gemar berburu pakaian thrift.

Bagi Grace, thrifting menjadi penyelamat penampilan sehari-hari, terutama karena ia harus hidup hemat sebagai anak kos.

 "Jangan membatasi thrift. Karena itu sangat membantu. Apalagi kayak kita anak kos budget  kita enggak begitu besar. Apalagi kita di FIB, jadi kadang-kadang kita harus pakai baju culture (budaya). Kalau beli di toko biasa bisa habis ratusan ribu, tapi di thrift shop aku bisa dapat beberapa pakaian dengan harga yang sama,” ungkap Grace, dalam kesempatan yang sama.

Selain harga yang bersahabat, daya tarik lain dari pakaian thrift adalah variasi model yang unik dan tidak pasaran.

Banyak anak muda menganggap bahwa pakaian thrift memiliki karakter tersendiri, berbeda dari produk massal di toko ritel.

Hal ini membuat mereka bisa mengekspresikan gaya pribadi tanpa harus mengikuti tren seragam yang beredar di pasaran.

Fenomena ini menunjukkan bahwa thrifting kini bukan hanya bentuk kreativitas atau hobi, tetapi juga strategi bertahan di tengah tekanan ekonomi.

Bagi banyak anak muda, pakaian bekas bukan lagi dianggap kuno atau memalukan, melainkan simbol gaya hidup cerdas dan berkelanjutan di masa sulit.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di Kompas.com dengan judul Anak Muda Tolak Pembatasan Thrifting, Sebut Jadi Cara Hemat di Ekonomi Sulit

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved