Berita Blitar
Hobi Pria di Blitar Raup Untung Ratusan Juta Rupiah, Ternak Ayam Hias dari Tibet, Ini Kisahnya
Bapak dua anak itu bisa meraup omzet rerata Rp30-Rp 40 juta per bulan atau mencapai Rp400 juta per tahun dari hasil budidaya ayam hias jenis pheasent
Penulis: Samsul Hadi | Editor: Samsul Arifin
Sepasang indukan bisa produksi 15-20 telur tiap tahun. Dari 15-20 telur itu potensi menetas sekitar 75 persen. Ia memakai mesin untuk menetaskan telur.
"Produksinya musiman setahun sekali biasanya mulai bulan delapan sampai bulan empat," katanya.
Ragil menjual ayam hias pheasent remaja usia tujuh bulan dengan harga Rp 7 juta sampai Rp 20 juta per pasang.
Sedang pemasarannya secara online lewat media sosial di grup-grup komunitas ayam hias.
"Pembelinya dari seluruh daerah di Indonesia. Sebulan, rata-rata bisa menjual empat sampai enam pasang ayam pheasent usia remaja," ujarnya.
Untuk omzet, Ragil rata-rata bisa mendapatkan uang Rp 30-Rp 40 juta per bulan dari penjualan ayam hias pheasent.
"Kalau omzet per tahun, minimal bisa mencapai Rp 400 juta," katanya.
Ragil memilih mengembangkan budidaya ayam hias pheasent karena harganya stabil.
Harga ayam hias pheasent stabil karena produksinya musiman setahun sekali. Selain itu, bulu ayam hias pheasent juga indah.
"Ayam ini termasuk ayam yang kebal, karena jenis ayam hutan. Perawatannya juga mudah, pakannya pur 511, seminggu sekali bulunya disemprot obat anti kutu. Biaya operasional sekitar Rp 1 juta-Rp 2 juta per bulan," ujarnya.