Berita Tulungagung
Konflik Keluarga di Tulungagung, Jalan Menuju Rumah Ditembok 1 Keluarga Tak Bisa Keluar dan Makan
Akses satu-satunya ke rumah mereka tertutup tembok setinggi lebih dari 2 meter yang dibangun Riyanto.
Penulis: David Yohanes | Editor: Samsul Arifin
TULUNGAGUNG - Empat orang warga RT 4 RW 1 Dusun Krajan, Desa Beji, Kecamatan Boyolangu terjebak di dalam lingkungan rumah mereka.
Situasi ini terjadi setelah akses jalan satu-satunya ditembok oleh tetangganya.
Empat orang itu adalah Haryono (80) dan istrinya, Asmunah (62), anaknya Bagus (30) dan cucunya Maya (19).
Mereka masih dalam satu kerabat, namun tinggal di dua rumah berbeda.
Akses satu-satunya ke rumah mereka tertutup tembok setinggi lebih dari 2 meter yang dibangun Riyanto.
Salah satu anak Haryono, Widiastuti (40) mengaku sedang bepergian saat proses penembokan itu.
"Tahu-tahu saat saya balik sudah ditembok tinggi. Saya juga tidak bisa masuk," ucapnya.
Widi mengatakan, Maya, anaknya seharusnya kuliah.
Namun karena terjebak di dalam tembok, ia tidak bisa pergi ke kampusnya.
Baca juga: Mahasiswi Tulungagung Diduga Korban Pembunuhan, Tanda di Tubuh Jadi Petunjuk, ada Lubang Janggal
Widi pun harus mengirim makanan untuk orang tua anak dan adiknya.
"Kalau tadi pagi sudah masak. Sore kami bawakan makanan," ucap Widi saat menjelang malam.
Kapala Desa Beji, Khoirudin, kasus ini adalah konflik keluarga Haryono dan Riyanto.
Haryono mengaku jalan yang menjadi akses ke rumahnya adalah jalan milik keluarganya.
Dulu tanah ini pernah dibeli, namun tidak pernah ada bukti akta jual beli.
Sementara Riyanto yang mempunyai rumah di sebelahnya, mempunyai sertifikat hak milik atas tanah yang ditempatinya.
Dalam sertifikat itu jalan yang menuju ke rumah Haryono juga termasuk menjadi miliknya.
"Karena jalan itu dianggap bagian dari miliknya, Pak Riyanto lalu memasang tembok," tutur Khoirudin.
Lanjut Khoirudin, pihaknya sudan lima kali memediasi antara Haryono dan Riyanto.
Namun proses mediasi itu tidak pernah membuahkan hasil.
Pemasangan tembok di jalan ini puncak dari konflik kedua pihak.
Informasi dari warga sekitar, keluarga Haryono memasang atap galvalum di mulut gang untuk berjualan soto babat.
Galvalum ini yang membuat Riyanto dan warga lain kesal.
Sebab para pembeli kerap duduk di mulut gang dan membuat tidak nyaman.