Berita Kediri

Peziarah Merasa Janggal, Ternyata Penanda Merah Putih di Pusara Makam Pahlawan Tan Malaka Hilang

Makam pahlawan di makam Tan Malaka ini sebelumnya ada penanda berupa simbol Merah Putih yang terbuat dari logam sudah hilang.

Penulis: Didik Mashudi | Editor: Aqwamit Torik
TribunMadura.com/dok Imam Mubarok
Simbol merah putih di pusara makam Tan Malaka saat masih ada di pemakaman umum Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. 

TRIBUNMADURA.COM, KEDIRI - Pemandangan berbeda terjadi di Makam Pahlawan Kemerdekaan Tan Malaka di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri

Makam pahlawan ini sebelumnya ada penanda berupa simbol Merah Putih yang terbuat dari logam sudah hilang.

Simbol merah putih ini sekaligus menunjukkan sebagai makam pahlawan kemerdekaan. 

Sejauh ini belum diketahui penyebab hilangnya simbol merah putih di pusara makam Tan Malaka.

Yang terlihat di pusara hanya kendi atau wadah tempat air minum.

Baca juga: Syaikhona Kholil Diusulkan Bupati Baddrut Tamam untuk Dapat Gelar Pahlawan dari Pemerintah Pusat

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunMadura.com

 

Imam Mubarok, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri mengungkapkan, pada Selasa (21/2/2023) melakukan ziarah dan tahlil di makam Tan Malaka

Karena tanggal 21 Februari 2023 tepat 74 tahun Tan Malaka gugur di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen Kabupaten Kediri.  

"Saat itu sebenarnya ada yang janggal saat berdoa diatas pusara, tapi saya belum berfikir, sebab agak buru-buru karena cuaca sedang mendung,” ungkap Imam Mubarok, Rabu (22/2/2023).

Setelah melihat pada dokumen foto miliknya ternyata simbol merah putih di pusara makam Tan Malaka sudah tidak ada lagi. 

"Entah hilang atau sengaja dihilangkan saya tidak paham, apapun beliau Tan Malaka ini adalah Pahlawan Kemerdekaan  sesuai Kepres 53/1963 tanggal 28 Maret,” ungkapnya.

Baca juga: Pengendara di Pamekasan Serentak Mengheningkan Cipta di Tengah Jalan, Peringati Hari Pahlawan

Tan Malaka yang dijuluki sebagai Bapak Republik adalah pucuk penghulu (raja) di kampungnya, Nagari Pandam Gadang, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Lima Pukuh Kota, Sumatera Barat.

Tan Malaka meninggal diduga dibunuh oleh tentara republik pada 21 Febuari 1949 di Desa Selopanggung,  Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.

"Posisi Tan Malaka sangatlah final dan penting bagi kaumnya sendiri. Di wilayah adat dia membawahi 142 ninik mamak atau kaum, di Kelarasan Bungo Setangkai (tiga nagari: Pandam Gadang, Suliki, dan Kurai). Adatnya dari Agam, mainan urang lima puluh Kota,” jelasnya.(didik mashudi)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved