Berita Madura

Bupati Pamekasan Ajak Generasi Muda Tak Malu Berbahasa Madura, Kekayaan Lokal Jangan Sampai Hilang

Fenomena ini membuat anak-anak yang nota bene sebagai penerus tidak mengetahui Bahasa Madura sebagai bahasa asal daerahnya.

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Aqwamit Torik
TribunMadura.com/Kuswanto Ferdian
Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam sambutan di acara diskusi kelompok revitalisasi Bahasa Daerah Madura yang digagas Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur di Mandhapa Aghung Ronggosukowati Pamekasan. 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian 

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam menghadiri acara diskusi kelompok revitalisasi Bahasa Daerah Madura yang digagas Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur di Mandhapa Aghung Ronggosukowati Pamekasan.

Hadir pula pada acara tersebut Kepala Dinas Pendidikan dari empat kabupaten di Madura, musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS) dari empat kabupaten, perwakilan kelompok literasi dan beberapa komunitas dari Bangkalan, Sampang, Sumenep, dan Kabupaten Pamekasan sebagai tuan rumah. 

Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam menyampaikan, kecenderungan orang tua saat ini mengajarkan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dalam kegiatan sehari-hari kepada anak-anaknya.

Baca juga: Pemkab Pamekasan dan Ormas Sepakat Azan Buka Puasa Ramadan Mengikuti Masjid Agung Asy-Syuhada

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunMadura.com

Ini terjadi tidak hanya di wilayah perkotaan, tetapi juga terjadi di desa. 

Pengamatan dia, fenomena ini membuat anak-anak yang nota bene sebagai penerus tidak mengetahui Bahasa Madura sebagai bahasa asal daerahnya.

"Kita kadang-kadang orang desa ini ketika ada di kota merasa malu menggunakan Bahasa Madura dengan anak kita menggunakan Bahasa Indonesia," kata Baddrut Tamam, Jumat (24/3/2023).

"Tidak salah, tetapi menggunakan dua-duanya itu lebih baik, ada yang dulu jurusan Bahasa Inggris kemudian komunikasi dengan anaknya pakai Bahasa Inggris, sehingga pemahaman tentang bahasa daerah itu tidak terpahami secara utuh, kalau pun paham yang kasar-kasar," sambung dia lagi.

Menurut Bupati yang akrab disapa Mas Tamam ini, Bahasa Madura memiliki banyak tingkatan yang harus diketahui oleh anak-anak muda Madura agar tidak kehilangan jati diri sebagai warga Madura

Pesan dia, kekayaan lokal ini jangan sampai hilang tergerus oleh perubahan zaman.

Oleh karena itu orang tua diajak memiliki peran besar melestarikan bahasa daerah ini dengan cara berkomunikasi menggunakan Bahasa Madura yang baik dan benar kepada anak-anaknya.

"Kita ini berpijak dari nilai kebudayaan dan tradisi kita, sampai gestur kita, cara untuk mengekspresikan tutur kata itu sangat dipengaruhi oleh local wisdom dimana kita dibesarkan, tidak hanya itu, orang di daerah pesisir dengan daerah pegunungan cara bertuturnya itu berbeda, di daerah pesisir ngomong dekat posisinya itu lebih keras, karena ketika ngomong diterpa angin sehingga harus keras. Sehingga oleh orang pegunungan ngomong biasa dianggap membentak," paparnya.

Mantan Anggota DPRD Jawa Timur ini menjelaskan, cara bertutur kata orang Madura di empat kabupaten berbeda-beda.

Mulai cara menyampaikannya hingga ejaan bahasanya berbeda. 

Perbedaan ini menunjukkan kekayaan lokal Madura yang harus dilestarikan dengan baik agar anak cucu mengetahui warisan nenek moyang.

Termasuk mengetahui manfaat berkomunikasi Bahasa Madura agar menjadi pegangan dalam mempertahankan bahasa itu.

"Bahasa itu bisa saja nanti tidak ada, bisa saja tetap eksis. Menurut teori sosial, sesuatu itu tetap ada ketika memberikan manfaat, apapun itu. Kalau sudah tidak bisa memberikan manfaat sesuatu ini bisa tidak ada, atau orang tidak tahu manfaatnya, sehingga tidak difungsikan secara baik," jelasnya.

Bupati murah senyum ini juga menyampaikan, tingkat Bahasa Madura tidak boleh hilang oleh perkembangan revolusi industri yang sangat pesat seperti sekarang. 

Saran dia, apabila anak-anak muda tidak memiliki kepedulian untuk mempertahankan bahasa daerah, dipastikan bahasa itu akan hilang lantaran kemajuan revolusi industri tersebut.

"Karena bahasa ini fungsinya luar biasa, alat komunikasi yang berlandaskan kebudayaan dan nilai tradisi yang kita miliki, maka di bahasa daerah itu biasanya ada kastanya, berbeda dengan bahasa Indonesia," jelas dia lagi.

"Kalau Bahasa Indonesia bilang kamu ya kamu, kalau di sini ada ajunan, ada panjenengan, sampean dan lain-lain. Jadi, kalau kita tidak pertahankan betul, ditambah dengan revolusi industri ini akan ditutup," tegasnya.

Pengamatan dia, anak-anak muda saat ini mulai tidak memperhatikan cara berkomunikasi yang baik dan benar kepada orang yang lebih tua, setara, dan kepada orang yang lebih muda lantaran terkontaminasi oleh kecanggihan teknologi.

Padahal dalam Bahasa Madura ada cara berkomunikasi yang baik sesuai tingkatannya.

"Kita sekarang ada di zaman yang sepuluh tahun terakhir ini berbeda dengan sebelumnya, kita bertemu dengan zaman yang menghendaki kecepatan, kolaborasi yang kadang-kadang bahasa itu tidak menjadi pertimbangan utama dalam berinteraksi dan berkomunikasi," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved